Majelis Facebook

Beberapa tahun yang lalu aku berkenalan dengan seseorang yang menurut pandanganku beliau itu sholeh dan istiqomah (semoga Allah merahmati beliau). Banyak ilmu yang beliau ajarkan kepada saya. Kami sering diskusi atau sekedar bercakap-cakap melalui Facebook atau chatting melalui Skype atau Yahoo Messenger. Satu hal yang senantiasa kuingat hingga saat ini adalah, ketika kita ingin mengakhiri dialog, beliau mengatakan, “Jangan lupa doa kafaratul majelisnya!”

Apa pun pembicaraan yang kami lakukan, dari hal-hal ringan, masalah di kampus, isu-isu politik, masalah kehidupan remaja, masalah dakwah, dan lain sebagainya, kami senantiasa mengakhiri dengan doa kafaratul majelis.

Aku menghafal doa kafaratul majelis sejak duduk di bangku SMP. Ya, namun hanya sekedar menghafal, sebagaimana kebanyakan anak-anak sekolah yang ‘disuruh’ menghafal tapi tanpa diberi tahu esensinya, dan berlalu begitu saja seterusnya.

Namun, subhanallah, Maha Suci Allah yang memiliki rencana di atas rencana. Baru-baru ini aku merapikan lemari-lemari buku dan arsip-arsip bacaan masa lalu. Sekali lagi, subhanallah, aku menemukan sebuah hadits Rasulullah saw dalam salah satu arsip dilemari tersebut.

Dari ‘Aisyah, beliau berkata, “Setiap Rasulullah saw duduk di suatu tempat dan setiap melakukan shalat, beliau mengakhirinya dengan beberapa kalimat.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat engkau setiap duduk di suatu majelis atau melakukan shalat, engkau selalu mengakhirinya dengan beberapa kalimat itu.”

Rasulullah saw bersabda,

“Ya, barang siapa yang berkata baik akan dituliskan kebaikan itu, barang siapa yang berkata buruk, maka kalimat tersebut merupakan penghapusnya. Kalimat itu adalah Subhanaka Allahumma wa bihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu).”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i.

Majelis Facebook

Rasanya kita sudah begitu terlena dengan ‘dunia tanpa batas’ yang disebut Facebook, atau Twitter, dan berbagai media lainnya. Semua bebas berekspresi, sekali lagi ‘tanpa batas’.

Pengguna Facebook atau berbagai aplikasi sosial media lainnya, bebas menuangkan berbagai isi hatinya, sekali lagi ‘tanpa batas’. Keluh kesahnya, canda tawa berhaha-hihi, bahkan ada yang dengan mudahnya mencaci, mencela orang lain, dan lain sebagainya. Apa yang dilakukan oleh kita seolah-olah kita lupa dengan sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,

Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam.”

Ternyata apa yang kita tuliskan di Facebook dan berbagai aplikasi sosial media lainnya ada hubungannya dengan iman kepada Allah dan hari akhir. Mari sama-sama kita renungkan, jika kita beriman kepada Allah dan hari akhir, pilihan kita dalam berkata-kata hanya ada dua; berkatalah yang baik, jika tidak bisa berkata yang baik, maka diamlah.

Ataukah kita juga lupa bahwa setiap yang kita katakan itu dicatat oleh malaikat? Allah SWT berfirman dalam surat Qaf ayat 18, “Tiada suatu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu hadir (mencatat).”

Ya, benar sekali! Setiap status kita di Facebook, setiap komentar-komentar kita, semua akan tercatat. Jadi, nanti di hari kiamat jangan heran jika kita melihat catatan kita berisi kata-kata yang penuh dengan kesia-siaan. Na’udzubillah min dzalik. Oleh karenanya, dalam setiap aktivitas apa pun, kita akhiri dengan doa kafaratul majelis, semoga Allah mengampuni segala kesia-siaan yang kita sadari atau tidak kita sadari, yang kita ketahui atau tidak kita ketahui. Amiiiin.

Tapi apakah kita akan tetap melanjutkan berbagai kesia-siaan dan diakhiri dengan doa kafaratul majelis, toh Allah akan menghapusnya dengan doa kafaratul majelis?

Aku teringat sebuah kisah sahabat Rasulullah, Abdullah bin ‘Amr. Ketika Abdullah bin ‘Amr sedang berjalan, beliau dipanggil oleh seorang temannya. “Ya Abdullah, mari mampir ke sini sebentar, kita berbincang-bincang.” Abdullah bin ‘Amr menjawab, “Ada yang bisa aku lakukan untukmu? Atau mungkin engkau mempunyai pertanyaan? Atau engkau mempunyai sesuatu yang dapat aku bantu?” Orang itu mengatakan kepada Abdullah bin ‘Amr, “Tidak, tidak seperti itu. Aku hanya ingin berbincang saja dengan engkau, Abdullah.”

Kemudian Abdullah bin ‘Amr melihat ke atas, menunjuk ke arah matahari, dan berkata kepada orang tersebut, “Hentikan matahari dari pergerakannya maka aku akan berhenti pula dan berbincang-bincang denganmu.”

Subhanallah, demikianlah karakter sahabat Rasulullah, generasi terbaik. Mereka menjaga dirinya dari kesia-siaan. Jika kita perhatikan generasi kita, ‘hang out’ di mal, di cafe, sekedar ‘chit-chat’, ‘pacaran’, membicarakan hal yang tidak penting, menghabiskan waktu dengan kesia-siaan, dan lain sebagainya. Semoga Allah SWT menghindarkan kita dari hal demikian.

Scary version-nya, mungkinkah kita tidak termasuk ke dalam golongan orang beriman yang akan Allah SWT berikan surga firdaus? Bukankah Allah SWT berfirman dalam surat Al Mu’minun ayat 3 bahwa ciri orang beriman yang akan Allah SWT berikan surga firdaus adalah “(Mereka) yang menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna.” Semoga Allah SWT menghindarkan kita dari berbagai kesia-siaan yang akan merugikan kita di dunia dan di akhirat.

Wallahua’lam bish shawwab. Semoga Allah SWT mengampuni kita, menempatkan kita di surga-Nya, dan meridhai kita. Mohon maaf atas segala kesalahan dan keterbatasan. “Jangan lupa doa kafaratul majelis!”

Oleh: Muhammad Hilmy Alfaruqi, Depok.
FacebookTwitterBlog