Surat Cinta untuk Presiden Jokowi: Nawa Cita vs Nawar Cita

Bapak Presiden, apa kabar?

Saya yakin Bapak memiliki niat untuk mengubah Indonesia ini menjadi lebih baik. Niat baik Bapak itu, sudah Bapak tuangkan dalam “Nawa Cita: 9 Agenda Prioritas Jokowi-JK”.

Salah satu isi Nawa Cita, nomor ke-4 adalah:
“Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.”

Sebagai orang awam, saya menangkap, dari klausul “negara lemah”, secara tersirat maupun tersurat, Bapak memahami bahwa negara kita selama ini lemah, terutama dalam penegakan hukum, dan Bapak mencalonkan diri menjadi presiden agar menjadi solusi atas kelemahan ini, alias ingin menjadikan negara kita ini kuat.

Semua anak bangsa ini sepakat Pak, ingin mengubah Indonesia menjadi lebih baik, tetapi perubahan hanya akan terjadi bila kita bertindak. Nah, saya menulis surat ini sebagai tindakan nyata dari rakyat agar Bapak adalah the real president juga bertindak. Sebagai rakyat –meskipun pembantu Bapak bilang “rakyat enggak jelas– sangat sedih, miris, dan khawatir atas kegaduhan di lembaga (KPK dan Kapolri) seharusnya menegakan hukum, kok malah saling menghukumi.

Sekali lagi Pak, kalau memang Bapak menolak negara lemah, maka Bapak harus menjadi presiden yang kuat, sehingga negara kita pun akan menjadi kuat. Laksanakan Nawa Cita itu. Di tangan Bapaklah kekuasaan, wewenang, dan keputusan untuk melaksanakan Nawa Cita itu. Kami hanya mendukung: ikhtiar sesuai kemampuan kami, dan berdo’a, agar Bapak kuat melaksanakannya.

Sebaliknya, kalau Bapak lemah, dan lebih mengikuti suara lain dibandingkan suara rakyat yang ingin menegakan kebenaran dan keadilan, maka sebaiknya Nawa Cita itu diganti saja dengan “Nawar” Cita. Nawa Cita itu adalah cita-cita yang tinggi, sedangkan Nawar Cita adalah penawaran atau transaksi yang tinggi. Tawar-menawar dalam hukum, selalu akan dimenangkan oleh orang yang banyak uang. Tawar-menawar dalam hukum, bukanlah jalan untuk reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

Sebagai pamungkas, kami butuh presiden yang kuat untuk menyelesaikan masalah bangsa ini. Mohon maaf, bila ada kata-kata yang kurang berkenan.

Ttd

Anak Bangsa di Ujung Kota
Udo Yamin Majdi