Sudahkah Kita Memuliakan Orang Tua?

Banyak orang yang telah mengikuti pelatihan manajemen keuangan dan belajar dari pelatih-pelatih sukses untuk belajar bagaimana caranya menjadi orang sukses, hidup bahagia dengan keberlimpahan. Bahkan tidak sedikit yang  menginvestasikan banyak uang untuk membayar semua pelatihan. Namun banyak pula yang terus-menerus gagal dan semakin terpuruk dalam perjalanan hidupnya.

Sahabat, ada satu hal yang mungkin sering terlupakan dalam episode kehidupan kita, yaitu keberkahan, kesuksesan, kebahagiaan itu datang dari ridha Ayah dan Ibu kita.

“Keridhaan Allah adalah keridhaan orangtua dan kemurkaan Allah adalah kemurkaan orangtua.” (Hadis riwayat Tirmizi)

Saat ini mungkin Anda sedang duduk dihadapan layar monitor notebook atau PC Anda,  kedua bola mata Anda sedang menelusuri susunan baris demi baris tulisan ini. Sambil Anda terus merasakan kenyamanan tempat duduk Anda, saya ingin mengajak Anda untuk mengenang  jasa kedua orang tua kita sejak kita masih dalam kandungan hingga saat ini, kita bisa mengerti dan menikmati ragam teknologi untuk terus meningkatkan kualitas hidup kita.

Dimana orang tua kita saat ini?

Apa kira kira yang sedang mereka lakukan?

Apa ya yang sedang mereka pikirkan sekarang?

Kapan terakhir kali kita mendo’akan mereka dengan ikhlas dan ketulusan hati terdalam?

Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang penting untuk kita jawab dalam hati kita,agar kebaikan dan cinta mereka selalu hidup dalam jiwa kita.

Ayah dan Ibu kita adalah orang-orang yang mulia, bahkan Allah SWT menempatkan mereka pada urutan keutamaan yang tinggi setelah penghambaan kepada-Nya.

“Dan Tuhanmu telah menetapkan keputusan, supaya kamu jangan menyembah kecuali kepada-Nya saja dan juga berbakti terhadap ibu bapa. Jika salah seorang di antaranya atau keduanya sudah lanjut usia, jangan menolak permintaan mereka secara kasar, namun ucapkanlah terhadap mereka perkataan yang sopan santun.” (QS Al-Isra’, ayat 23)

Demikianlah Allah memerintahkan kepada kita agar selalu berbakti kepada kedua orang tua kita. Lebih dari 40 minggu ibu kita membawa kita dalam kandungan beliau, berjalan terasa berat, tidur tak nyaman, sekujur tubuh sering terasa sakit karena menahan nyeri. Namun semua dilalui dengan penuh keikhlasan.

“Dan Kami telah mengamanatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah semakin bertambah lemah juga Maksudnya, derita payah waktu mengandung bukan semakin berkurang, malah sebaliknya semakin bertambah, sebab beban kandungan semakin lama semakin membesar dan memberat., sampai masa penyapihan bayinya dalam umur dua tahun. Karena itu, bersyukurlah kepada-Ku dan taat kepada kedua orang tuamu, karena kepadakulah tempat kembalimu.” (QS. Luqman : 14)

Pada hari kelahiran kita, ibu yang berdarah-darah sangat siap mengikhlaskan nafas terakhirnya jika memang harus ada yang meninggal dunia, demi hadirnya seorang buah hati. Tiada harapan lain dalam hati beliau kecuali kelak bayi yang lahir ini menjadi anak yang shalih dan shalihah.

Kita lahir tanpa daya. Saat tubuh kita kedinginan, ibu yang memeluk dan memberi kehangatan cintanya. Saat tengah malam tiba tiba kita terbangun, tak tahu apa yang kita rasakan, apakah lapar, mengantuk, ingin buang air, dan lain sebagainya, kita hanya bisa menangis, namun ibu sangat mengerti apa yang sedang kita butuhkan. Dalam kantuknya ibu tetap rela bangun dan terjaga melayani semua kebutuhan kita. Tidak jarang beliau nyaris tak bisa memejamkan mata dengan nyaman di malam hari.

Tak cukup sampai disitu, semakin hari kita semakin tumbuh bersamaan dengan bertambahnya usia, justru bukan mengurangi beban beliau. Namun ternyata masa kecil kita sangat menyusahkan beliau.

Saat masa-masa awal belajar berjalan, berulang kali kita mencoba berdiri dan jatuh kembali, bangun dan jatuh lagi. Siapa motivator terbaik kita saat itu hingga kita bisa berjalan sempurna hari ini, bahkan kita bisa berlari cepat? Ternyata ibu dan ayah lah yang dengan sabar melatih kita, mulai dari cara berjalan, mengenakan dan melepas pakaian, menyuap makanan kedalam mulut, juga melatih kita dengan sabar mengenali satu persatu makna kata kata.

Saat kita sekolah tidak jarang diantara kedua orang tua kita yang menekan kebutuhan mereka, dan adapula yang sampai mengurangi jatah makan mereka, hanya karena ingin kita bisa sekolah, agar kita bisa membeli buku, agar kita bisa berganti sepatu dan baju, agar kita bisa juga membeli jajan seperti teman teman kita.

Jika hari ini kita merasa hidup kita bermanfaat, kita bisa tersenyum dan tertawa maka sungguh semua ini tak mungkin tanpa peran ibu dan ayah kita.

Hari ini cerita berubah, kini kita telah dewasa, ada diantara kita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Dan mereka tak lagi muda, ayah ibu kita kini semakin renta, kulit mereka semakin berkerut, mata mereka perlahan menjadi kurang awas, kemampuan mereka semakin lemah.

Kenangan apa yang hadir dalam ingatan kita sekarang? Dari sekian banyak kebaikan mereka, mana yang paling kuat dalam ingatan kita? Atau mungkin kekurangan mereka yang  justru kita ingat ingat, cara mendidik mereka yang sering kita kritik, dengan mengatakan bahwa cara mereka kuno, kolot  dan seterusnya? Atau mungkin ada dendam kemarahan yang belum terselesaikan dengan Ayah Ibu kita?

Apapun itu selama emosi negatif yang masih kita bawa sesungguhnya tidak akan mengundang keberkahan dari Allah untuk kehidupan kita.

Mari menyusun kembali langkah langkah sukses kita dengan memaafkan mereka jika ada kesalahan mereka yang masih membekas di hati kita. Ketidak setujuan kita pada perkataan dan sikap Ayah Ibu janganlah menjadikan kita lupa berbuat baik pada mereka. Seburuk apapun orang tua kita, sejelek apapun perilaku mereka kepada kita, tetap saja mereka orangtua kita yang wajib kita hormati. Sudah selayaknya kita melatih diri untuk menghancurkan gunung ego dalam diri kita dengan senantiasa berkata dan berprilaku baik pada mereka. Janganlah dendam dan emosi negatif yang merusak kehormatan kita pada mereka yang sungguh sangat mulia.

Semoga dengan niatan berbakti kepada kedua orang tua kita, Allah akan lapangkan semua urusan kita, Allah terangi hari hari kita dengan cahaya-Nya. Dah kesuksesan penuh berkah semakin mudah untuk digapai dengan dukungan doa tulus ikhlas dari kedua orang tua kita.

Insyallah.