Nasihat Persatuan dari KH Hasyim Asy’ari

Berikut ini merupakan nasihat Syeikh Hasyim yang membuat merinding. Sungguh nasihat tersebut sangat layak untuk kita renungkan, terutama pada masa-masa sekarang ini.

Saat ini, kita umat Islam, begitu bangga dan membusungkan dada jika memusuhi umat Islam, dan begitu harmonis dengan orang-orang kafir dalam kekufurannya serta dengan orang-orang jahat dalam kejahatannya.

Kita begitu sibuk dan keras dalam urusan perbedaan pendapat di kalangan ulama, bahkan sampai saling membid’ahkan, mengkafirkan, bermubahalah, bahkan kalau perlu saling menumpahkan darah. Tetapi, kita begitu abai dan tak peduli sedikitpun dengan keharaman yang meraja-lela, yang sama sekali tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Saat ada saudara kita memperjuangkan Islam, kita begitu gagah perkasa dan menguliti mereka, bahkan kalau perlu menanyakan keabsahan dalil-dalilnya, sampai hal yang paling rinci dan paling jelimat yang tak akan bisa dijawab kecuali oleh para mujtahid mutlak. Tetapi, kita tak bergeming dengan semua keharaman qoth’i yang ada di depan mata kita. Kita bahkan sama sekali TAK BERTANYA SATU HURUF PUN tentang dilegalkannya perjudian, khamr, prostitusi dan hukum-hukum yang bertentangan dengan Islam, apalagi menanyakan keshohihan dalilnya.

Kita anggap saudara kita sesama Islam, layaknya sebagai musuh bebuyutan, yang jika kita bertarung dengannya dan mati, seakan kita telah dinanti oleh para bidadari bermata jeli. Lalu pada saat yang sama, kita bermesraan dengan orang-orang yang memusuhi Islam dan umatnya, seakan itu adalah ajaran Islam yang paling suci dan paling sakral. Kita merasa seakan orang yang paling bisa toleransi, melebihi para paus dan biksu.

Inilah nasihat dari guru kita, Syeikh Hasyim. Nasihat ini, akan membuat hati orang-orang beriman berdegup dan membuat bulu kuduk berdiri. Nasihat ini beliau tulis dalam kitab At-Tibyan fin Nahyi an Muqothi’atil Arham wal Aqoorb wal Ikhwaan, bab Mawa’idz, hal 32-35.

_______________

Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh.

Telah sampai padaku kabar bahwa diantara kalian, sekarang ini, telah dibakar oleh api fitnah dan permusuhan. Lalu aku merenungkan tentang sebab dari semua itu, dan semua itu terjadi tak lain karena ORANG-ORANG PADA ZAMAN INI TELAH MENGGANTI DAN MENGUBAH KITABULLAH DAN SUNNAH RASUL-NYA SAW (maksudnya: tidak lagi mengamalkan al-qur’an dan hadits Rasulullah saw, tetapi justru mengamalkan selainnya).

Allah swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah diantara dua saudara kalian (yang bermusuhan)”. Namun, saat ini, mereka (orang-orang mukmin) justru saling bermusuhan, tidak mau mendamaikan (yang bermusuhan), dan merusak persaudaraan diantara mereka.

Rasulullah saw bersabda: “Janganlah kalian saling mendengki (hasud), saling memurkai, dan saling membelakangi (saling memusuhi). Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. Tetapi kenyataannya, mereka (orang-orang yang beriman itu) sekarang saling dengki, saling memurkai, dan saling bersaing. Akhirnya, jadilah mereka saling bermusuhan.

Wahai para ulama yang fanatik terhadap sebagian madzhab atau sebagian mendapat! Tinggalkanlah kefanatikan kalian dalam urusan cabang (furu’) dimana para ulama memang memiliki dua pendapat dalam hal itu yang sama-sama dibenarkan (mushiibun). Yang satu berkata: “Setiap mujtahid adalah mushiibun (keterangan: mushibun artinya adalah benar yang lawannya adalah khotho’. Bukan haq yang artinya juga benar, tetapi lawan haq adalah bathil)”. Yang satu lagi berkata: “Yang benar (mushiibun) memang satu, tetapi yang keliru (khotho, bukan bathil) juga mendapat pahala”. Maka, tinggalkanlah fanatisme itu. Tinggalkanlah hawa nafsu yang merusak itu. Belalah dinul Islam. Berjuanglah semampu kalian untuk melawan orang-orang yang menghina (mencacat) al-qur’an dan sifat-sifat Allah yang Maha Rahman, serta orang-orang yang menyebarkan ilmu-ilmu yang bathil, dan aqidah yang rusak. BERJIHAD MELAWAN MEREKA ADALAH WAJIB. Janganlah kalian menyibukkan diri kalian dengan (bermusuhan) dengan sesama kalian (yakni orang-orang yang mukmin).

Wahai manusia (maksudnya adalah orang-orang yang beriman)! Di tengah-tengah kalian, sungguh orang-orang kafir telah memenuhi bumi. Maka siapakah diantara kalian yang serius dan sungguh-sungguh memberikan petunjuk kepada mereka?

Wahai para ulama! Dalam urusan ini (memberi petunjuk kepada orang-orang kafir), hendaknya kalian sungguh-sungguh (berijtihad) dan fanatik. Akan tetapi fanatisme kalian dalam urusan fur’ud diin (cabang agama), dan pemaksaan kalian agar orang-orang hanya mengikuti satu madzhab atau satu pendapat, maka hal itu sungguh tidak akan diterima oleh Allah swt dan tidak akan diridloi oleh Rasulullah saw. Pemaksaan kalian itu tidak lain dan tak bukan, hanyalah karena dorongan fanatisme, persaingan dan kedengkian diantara kalian. Seandainya Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Ibnu Hajar, dan Imam Romli, masih hidup, PASTI MEREKA SANGAT INGKAR KEPADA KALIAN. Tinggalkanlah apa-apa yang telah kalian lakukan selama ini. Tinggalkanlah (maksudnya: biarkanlah) perkara-perkara yang memang para ulama sendiri terjadi ikhtilaf (perbedaan). Sungguh kalian telah melihat sendiri bahwa kalangan masyarakat umum yang jumlahnya tak ada yang bisa menghitung kecuali hanya Allah saja, mereka telah meninggalkan sholat. Padahal, sanksi bagi orang-orang yang meninggalkan sholat, menurut Imam Syafi’i, Imam mail dan Imam Ahmad, adalah dipenggal lehernya. Tetapi, justru kalian tidak mengingkarinya (maksudnya tidak memperhatikannya) sama sekali. Bahkan, seandainya salah satu diantara kalian melihat ada yang tetangganya tidak sholat, dia pun membiarkannya (tak mempedulikannya). Lalu apa urusan kalian, begitu sibuk mengurusi urusan perbedaan (ikhtilfah) di kalangan fuqoha dalam urusan cabang (furu’)? Tetapi kalian justru tidak peduli (tidak memungkiri) sesuatu yang keharamnnya telah mujma’ alaih (disepakati oleh para ulama), seperti zina, minum khamr dan selainnya. Namun, kalian sama sekali tidak cemburu (tidak perhatian) urusan Allah dalam hal ini. Tetapi, kalian justru begitu cemburu (sangat perhatian) kepada Imam Syafi’i, dan Imam Ibnu Hajar. Sikap kalian itulah yang telah menyebabkan kalian terpecah belah (iftiroq), terputusnya persaudaraan diantara kalian, dan ahirnya kalian dimpimpin oleh ORANG-ORANG BODOH (JUHHAL) dan hilanglah wibawa kalian di mata masyarakat awam. Akhirnya orang-orang bodoh menertawakan harga diri kalian dengan cara yang tak sepatutnya dan mereka menghancurkan kalian dengan perkataan-perkatan mereka tentang kalian. Itu terjadi, karena daging kalian beracun dalam keadaan apapun (maksudnya: kita setiap saat melakukan dan mengambil sikap yang sangat tidak layak dan tak pantas). Kalian telah merusak diri kalian sendiri, yaitu dengan menumpuk dosa-dosa besar.

Wahai para ulama! Jika kalian melihat orang yang mengamalkan suatu pendapat yang memang layak diikuti dari kalangan ulama madzhab yang mu’tabaroh, bahkan meski itu pendapat yang lemah (marjuh), jika itu bertentangan dengan kalian maka janganlah kalian menggunjing mereka. Jika perlu, berilah mereka nasihat dengan cara yang baik (luthf atau lunak). Jika mereka tidak mengikuti kalian, janganlah kalian menjadikannya sebagai MUSUH. Orang yang melakukan hal itu (memusuhi umat islam lain yang berbeda pendapat dalam hal yang dibolehkan berbeda) tak ubahnya: SEPERTI ORANG YANG MEMABANGUN GEDUNG (ISTANA), TETAPI MELULUH-LANTAKKAN SELURUH KOTA. Jangan lakukan hal itu, sebab hal itu akan mengantarkan pada perpecahan, pertentangan, permusuhan dan perselisihan. Perpecahan itu adalah kejahatan dan dosa besar yang akan merobohkan bangunan umat dan akan menutup semua pintu kebaikan. Karena itulah, Allah swt melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari perpecahan dan mewanti-wanti mereka terhadap akibat buruk yang ditimbulkannya dan yang sangat menyakitkan. “Janganlah kalian saling berpecah belah, karena hal itu menyebabkan kalian lemah dan hilangnya kekuatan kalian (riihukum)”.

Wahai umat Islam! Kejadian-kejadian yang terjadi dewasa ini, sungguh terdapat banyak pelajaran dan nasihat. Orang yang pandai mengambil petunjuk (ar-rosyid) pasti akan mengambil banyak pelajaran dari kejadian-kejadian ini, bahkan jauh lebih banyak dari yang diambil dari mau’idzohnya para khotib dan nasihat-nasihatnya para pemberi nasihat (mursyid). Iya, nasihat dari semua kejadian yang terjadi di sekitar kita setiap saat. Apakah kita mau mengambil pelajaran dan mau’idzoh? Apakah kita mau sadar dari mabuk dan ingat kembali dari lupa kita? Ketahuilah, kebahagiaan kita tergantung pada tolong-menolong sesama kita, persatuan kita, kebersihan hati kita, dan keikhlasan sebagian kita dari yang lain. Ataukah memang kita ingin selalu hidup dalam naungan perpecahan, kehinaan, permusuhan, kemunafikan, kedengkian, kehasudan, dan kesesatan abadi? Padahal, agama (diin) kita adalah satu, yaitu Islam, madzhab kita adalah satu yaitu As-Syafi’i, daerah kita satu yaitu jawa. Kita semua adalah ahlus sunnah wal jamaah. Maka, demi Allah, sungguh tindakan kalian adalah cobaan (bala’) yang nyata dan kerugian yang sangat besar.

Wahai umat Islam! Bertaqwalah kepada Allah. Kembalilah kepada kitab dari tuhan kalian, dan amalkanlah sunnah nabi kalian, dan ikutilah salafus sholih kalian. Dengan semua itu, niscaya kalian akan beruntung dan berbahagia sebagaimana mereka. Bertaqwalah kepada Allah. Damaikanlah saudara kalian yang bermusuhan. Saling tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan, maka Allah akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian dan menyebarkan kebaikan di tengah-tengah kalian. Janganlah kalian seperti orang-orang yang berkata “sami’naa (kami mendengar)”, padahal mereka sama sekali tak mau mendengar.

Salam dari awal hingga akhir,
Muhammad Hasyim Asy’ari
Tebu Ireng, Jombang.