Menjaga Wudhu

Dikisahkan pada saat sahabat berkumpul dengan Rasulullah. Beliau bersabda,
“Ada salah seorang dari sahabat kita yang bunyi terompah (sandal) terdengar di dalam surga”
“Wahai Rasulullah, bunyi terompah siapakah itu?”
“Bilal bin Rabbah”

Kemudian Rasulullah bertanya kepada Bilal yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
“Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau amalkan dalam Islam, karena aku sungguh telah mendengar gemerincing sandalmu di tengah-tengahku dalam surga.”

Bilal berkata, “Aku tidaklah mengamalkan amalan yang paling kuharapkan di sisiku, hanya aku tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku shalat bersama wudhu itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku.” (HR Bukhari).

Subhanallah, seorang Bilal bin Rabbah suara gemerincing sandalnya sudah terdengar di dalam surga hanya karena mengamalkan dan menjaga wudhu. Apakah kita bisa mencontohnya?

Zaman sekarang kita hanya mengenal wudhu pada saat hendak melaksanakan sholat, sebab sholat tanpa wudhu maka tak akan sah sholatnya. Diluar sholat kita tak mengenal wudhu. Padahal, dengan berwudhu kita menjaga kesucian badan, hati dan pikiran terutama menjaga dari berhadast kecil.

Dengan berwudhu, tetesan-tetesan air wudhu itulah yang akan mengugurkan dosa-dosa manusia yang tak terhingga jumlahnya. Apakah kita merasa tidak mempunyai dosa sehingga hanya mau berwudhu lima kali sehari itupun ketika melaksanakan sholat? Jika sholat ditinggalkan maka wudhu pun ikut ditinggalkan. Astaghfirullah…

Lewat berwudhu secara tidak langsung kita membersihkan mikroba-mikroba yang ada di jemari, hidung, wajah, tangan, telinga dan kaki. Bukankah mikroba itu sumber dari penyakit? Jika kita berwudhu berarti kita telah menghilangkan mikroba-mikroba yang akan membuat manusia menjadi sakit.

Orang yang menjaga wudhu dalam kesehariannya maka dia akan selalu berada dalam kesucian. Ketika dia berhadast kecil, baik buang air besar ataupun buang air kecil terlebih jika mengeluarkan angin maka dia perbaharui kembali wudhunya agar tetap dalam kondisi suci.

Ketika seseorang berada dalam kesucian maka lindungan dan rahmat-Nya selalu menyertainya. Bahkan malaikat pun tak segan-segan untuk selalu menjaga dan membersamai dalam setiap langkah dan gerak dalam aktivitas sehari-harinya. Tak maukah kita selalu dijaga dan dibersamai malaikat?

Lihatlah orang yang selalu menjaga wudhunya. Kita akan menemui wajah yang berseri-seri, ada keteduhan tersendiri yang tak semua orang bisa merasakannya. Orang yang melihatnya saja sudah bahagia dan merasa terteduhkan. Bagaimana dengan orang yang merasakan sendiri?

Di hari kiamat kelak, wudhu umat muslim akan menjadi pertanda bahwa dia adalah umat Rasulullah, wajahnya akan bercahaya dan semua anggota tubuh yang dia jaga wudhunya ikut bercahaya. Sehingga, pada saat itu sangat mudah dikenali bahwa dia adalah umat Rasulullah.

Apakah kita ingin menjadi umat Rasulullah hingga hari kiamat? Ataukah kita hanya ingin menjadi umatnya di dunia saja? Jika kita menjadi umatnya hingga hari kiamat kelak dia pun akan menuntun dan memberikan syafaat bagi umatnya agar ikut berbahagia di dalam sebuah tempat yang hanya orang-orang beriman dan beramal sholeh yang akan menjadi penghuninya.

Ketenangan hati pun akan dirasakan bagi orang yang mampu menjaga wudhu karena saat dia dalam kondisi suci limpahan rahmat-Nya tercurahkan secara luas. Apalah artinya segala perkara dunia jika rahmat-Nya telah tercurahkan?

Berwudhulah jika kita merasakan kegelisahan. Buktikan sendiri, dengan berwudhu sedikit demi sedikit kegelisahan tersebut akan berkurang. Bahkan Rasulullah mengajarkan kepada kita jikalau kita hendak marah maka redamlah kemarahan itu dengan berwudhu.

Apabila seseorang sudah dalam kondisi berwudhu (menjaga wudhu) apakah dia akan mudah marah? Salah satu kelebihan yang akan kita peroleh ketika mampu menjaga wudhu yakni kita mampu memendam amarah ketika situasi tidak memungkinkan terjadi pada diri.

Pada saat itu pula kita akan merasa selalu diawasi oleh Allah sehingga kita akan merasa malu untuk berbuat keburukan ataupun maksiat yang melanggar larangan-Nya.

Terlalu sulitkan untuk menjaga wudhu? Membangun sebuah kebiasaan adalah salah satu kuncinya. Jika kita sudah terbiasa ketika batal wudhu kemudian berwudhu maka tak akan ada rasa beban sedikit pun untuk menjaga wudhu.

Di dalam kitab suci umat Islam di jelaskan bahwa Allah itu menyukai orang-orang yang bersuci. Bagaimanakah rasanya jika kita termasuk di dalam golongan orang-orang yang disukai-Nya? Tentu, apapun yang dikehendaki akan Dia berikan dan kabulkan. Layaknya, seorang manusia yang menyukai atau mencintai seseorang, dia akan rela melakukan dan memberikan apapun untuk orang yang dia sukai. Begitu pula Allah, akan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya jika dia termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan kasih sayang dan cinta-Nya.

Apakah kita tidak mau memperoleh cinta dan kasih sayang-Nya?
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tobat dan orang-orang yang bersuci.”
(QS. Al-Baqarah ayat 222).

Mari kita biasakan diri ini untuk selalu berada di dalam kesucian dengan tetap selalu menjaga wudhu agar diri ini selalu bersih dan suci tidak hanya fisik, pikiran dan hati pun akan mengikuti jika kondisi diri dalam keadaan suci.

Naungan dan limpahan rahmat-Nya pun tercurahkan bagi orang-orang yang mampu menjaga dirinya agar selalu berada dalam kondisi suci (menjaga wudhu). Tak menutup kemungkinan kita pun akan mendapatkan hadiah seperti yang dihadiahkan kepada para sahabat terdahulu yang dengan rutin menjaga wudhu yakni tempat istimewa yang kekal dan abadi dengan kebahagiaan tak terhenti.