Menjaga Tilawah

 

Seorang guru TPA menceritakan kepada para santrinya bahwa kelak di hari kiamat Al Qur’an akan menjadi perahu yang besar yang akan menyelamatkan orang-orang yang sering membacanya. Orang yang selalu menghiasi hari-harinya dengan membaca (tilawah) Qur’an maka pada hari kiamat dia akan berada di dalam kapal tersebut untuk melewati lautan api yang akan melahap manusia yang suka berbuat maksiat ketika berada di dunia.

Sebuah dongeng yang memiliki makna mendalam yang diceritakan oleh guru TPA kepada santri-santri yang dididiknya. Dia mengajarkan kepada para santri agar tetap menjaga tilawahnya guna menyelamatkan diri dari api neraka yang ada dihari kiamat yang akan membuat manusia tersiksa untuk selama-lamanya.

Sebuah landasan yang dipegang teguh oleh guru TPA tersebut adalah sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan langsung oleh Muslim yang berbunyi,

“Bacalah olehmu semua akan al-Quran itu, sebab al-Quran itu akan datang pada Hari Kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafa`at (pertolongan) kepada orang-orang yang memilikinya (mengamalkannya).”

Mungkin, itulah inti dari cerita yang disampaikan oleh sang guru. Dia menginginkan santri-santrinya tetap mengaji walaupun ketika libur TPA agar mereka nantinya akan mendapatkan pertolongan pada hari kiamat.

Membaca Al Qur’an merupakan sebuah anjuran untuk setiap umat muslim. Qur’an adalah buku pedoman terlengkap bagi seorang muslim yang ingin hidupnya terarah dan selamat di dunia dan di akhirat.

Setelah rajin membacanya maka akan lebih bagus lagi jika dipelajari kandungan yang ada di dalamnya. Kandungan-kandungan itulah yang akan mengarahkan manusia untuk selalu berbuat kebaikan-kebaikan dan amal sholih agar bermuara pada ketaqwaan kepada-Nya.

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (al-Quran), maka ia memperoleh satu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali ganda seperti itu. Aku tidak mengatakan bahwa ‘alif lam mim’ itu satu huruf, tetapi ‘alif’ adalah satu huruf, ‘lam’ satu huruf dan ‘mim’ juga satu huruf.” (HR at-Tarmidzi)

Bayangkan, satu huruf beroleh satu kebaikan yang akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Bagaimana dengan satu ayat? Satu surah? Atau pun  satu juz? Tentu, akan lebih besar lagi pahalanya bagi orang yang membacanya lebih banyak. Tak maukah kita dengan hadiah yang berlipat ganda tersebut?

Dengan membaca Al Qur’an secara tidak langsung kita berkomunikasi dengan Allah. Lewat ayat-ayat-Nya Dia nasihatkan kepada umat-Nya agar menjauhi segala larangan dan mengerjakan seluruh yang Dia perintahkan.

Jikalau kita mampu membaca koran berlembar-lembar, mengapa kita tak mampu membaca Qur’an berlembar-lembar pula? Apakah hati ini sudah mati sehingga tak mau menerima hidayah-Nya lewat ayat-ayat nan indah yang tertera di dalam Al Qur’an?

Menjaga tilawah berarti kita menjaga ketenangan dan kesucian jiwa sebab dengan membaca Qur’an jiwa ini akan kembali suci dan tenang akibat pantulan kalam-kalam-Nya. Qur’an membuat jiwa tenang bagi orang yang selalu membacanya.

Bandingkanlah dengan orang-orang yang tak mampu menjaga tilawahnya. Kesehariannya akan diliputi kecemasan dan kegelisahan. Cemas sebab dia tak mendapatkan nasihat-Nya. Gelisah karena merasa jiwa ini kosong tak terisi dengan kalam-Nya.

Kebahagiaan akan datang kepada orang-orang yang selalu menjaga tilawahnya. Ia habiskan waktunya untuk membaca ayat-ayat-Nya walaupun hanya selembar dalam sehari tak menjadi masalah yang terpenting rutin dikerjakan setiap hari. Namun, alangkah lebih bagus lagi jika dia mampu meluangkan waktu seusia sholat lima waktu untuk bisa membaca beberapa ayat Quran agar menjadi sebuah rutinitas yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dibaca sedikit demi sedikit tetapi rutin. Daripada dibaca banyak tapi beberapa hari hilang tak menyentuh Qur’an. Bukankah itu yang disenangi oleh sang Idola kita, baginda Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam,

“Amalan yang paling dicintai Allâh Ta ‘alâ adalah amalan yang kontinyu walaupun sedikit.” (HR. Muslim)

Dari sedikit demi sedikit itulah yang akan membiasakan diri ini untuk selalu bertilawah setiap hari. Awalnya hanya satu halaman, akibat terbiasa akhirnya menjadi satu lembar. Dirutinkan kembali menjadi dua, tiga, lima hingga satu juz dalam satu hari. Inilah sebuah amalan yang sangat dinanti-nantikan agar mampu dikerjakan walaupun awalnya terasa berat untuk memulainya.

Menjaga tilawah tak semua orang mampu melaksanakannya. Terlebih di era sekarang ini, semua orang disibukkan dengan keseharian masing-masing yang semuanya beraromakan dunia. Hanya segelintir orang yang mampu rutin bertilawah setiap hari ditengah-tengah kesibukannya.

Adakah nasihat terindah yang terlontarkan selain nasihat dari Qur’an? Nasihat yang akan membimbing umat manusia mengarungi kehidupan di dunia dan mengajarkan untuk menyiapkan bekal untuk menuju kampung akhirat. Mengapa sampai sekarang kita masih enggan untuk membacanya?

Orang yang menjalani kehidupannya sesuai dengan pedoman maka orang tersebut akan sampai pada tujuan akhirnya yakni surga. Bukankah begitu kenyataannya di dunia ini? Ilustasi kecil yakni orang yang mematuhi pedoman lalu lintas di jalan. Ketika ia berkendaraan sesuai dengan pedoman maka ia akan sampai pada tujuannya. Namun, apakah yang terjadi jika ia enggan mematuhi pedoman lalu lintas? Saat lampu merah ia tetap terus berjalan, ketika ingin belok kiri atau kanan tanpa menggunakan lampu tanda belok, ketika ingin menyebrang tanpa melihat kiri dan kanan. Maka, akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri dan orang lain disebabkan ia tidak mematuhi pedoman lalu lintas yang ada. Kini, apakah yang akan terjadi jika kita masih tak mau mematuhi pedoman hidup? Minimal dengan rajin membacanya.