Menerima dan Menjaga Amanah

Sering kita mengeluhkan tentang amanah yang begitu berat, perjuangan yang tak kunjung usai dan lika-liku  yang harus kita lalui. Terkadang semua terasa begitu menghimpit. Apalagi jika harus berbenturan dengan kondisi azzam yang melemah dan semangat yang sedikit demi sedikit terasa padam. Astaghfirullah, saat seperti inilah hedonisme dunia akan terasa sangat menggiurkan.

Bukan sebuah kesalahan memang, kondisi tersebut cukup manusiawi. Tapi bukan berarti kita diam dan hanya memaklumi. Harus ada perlawanan yang kuat untuk kembali menjaga stabilitas keimanan. Ya, kita harus berusaha semampu kita. Karena hanya kita yang mampu memenjarakan nafsu dan menjaga diri untuk tetap pada jalan Nya.

Dan beginilah pada akhirnya kita harus banyak belajar, dari warna warni perjalanan hidup ini. Termasuk belajar dari amanah yang kita fikir awalnya kita tak akan mampu. Belajar memperbaiki diri, karena tanpa kita sadari, amanah ini menyadarkan kita akan banyak   hal diluar jangkauan pikiran kita.

Karena mungkin terkadang kita merasa tak mampu. Kadang merasa ini bukan tanggung jawab kita. Kadang merasa jiwa ini begitu lemah. Kadang kita fikir ini bukan bagian dari dakwah. Kadang ego terlalu sering melemahkan azzam kita. Kadang kesempatan, kita pandang sebagai sebuah kebetulan. Dan beginilah akhirnya amanah itu datang. Menyadarkan bahwa kita mampu. Menyadarkan bahwa ini adalah taggung jawab kita. Menyadarkan bahwa kita tidak selemah yang kita fikirkan. Menyadarkan bahwa ini adalah bagian dari dakwah. Menyadarkan bahwa azzam kita harus tetap kuat. Menyadarkan bahwa ini adalah sebuah kesempatan, bukan hanya kebetulan . Beginilah akhirnya amanah menyadarkan kita akan banyak hal. Dan jangan sampai terlupa, Allah telah memberikan janji yang indah untuk orang-orang yang membela agama-Nya

Saat memegang amanah, seringkali kita dihadapkan pada berbagai permasalahan. Terkadang atau bahkan terlalu sering, permasalahan membuat kita begitu melempem. Membuat nyali ciut dan berikir bahwa ini adalah masalah-yang-tak-dapat-terselesaikan. Ah, bagaimana mungkin kita bisa begitu lemah dan begitu ragu, sedangkan janji-Nya begitu nyata, “sesudah kesulitan akan ada kemudahan.”

Lalu apalagi yang harus kita takutkan. Tantangan Islam akan semakin banyak kedepannya. Tentu keberanian untuk menghadapi tantangan zaman harus kita bulatkan. Agar gerak nyata untuk meraih kemenangan Islam tidak hanya berhenti pada teori-teori dalam diskusi kacangan. Disinilah kuncinya. Harus ada keberanian untuk mengemban amanah-amanah yang ada, yang tentunya diimbangi dengan usaha meningkatkankualitas diri. Menjaga profesionalitas, meskipun pada kenyataannya takkan semudah membalikkan telapak tangan.

Tak ada yang perlu kita takutkan. Selama kita berpegang teguh pada kebenaran, Insya Allah tak perlu ada kekhawatiran. Dimanapun kita berada, apapun amanah kita, selama Islam masih menjadi tujuan, Insya Allah, Allah bersama kita. Semoga kita diberi kekuatan dalam menjalankan amanah yang ada, agar estafet dakwah Islam dapat terus berjalan. Allahuakbar.

Oleh: Uzi Wildan, Bandung
TwitterFacebook