Mencicipi Madu, Bukan Berenang di Dalamnya

Ada sebuah kisah sederhana tentang mencari rezeki di dunia. Alkisah ada seekor semut tengah berjalan menyusuri hutan. Ia menemukan sebuah genangan berwarna cokelat keemasan yang nampak menarik hatinya. Ternyata genangan tersebut adalah tetesan madu yang menetes dari sarang lebah yang berada di atas pohon. Sang semut pun mendekat dan mencicipi madu tersebut. Hmm, manis rasanya. Sang semut pun ingin memanggil teman-temannya untuk mendatangi genangan madu tersebut.

Namun, hati sang Semut terusik. Ia tergoda untuk mencicipi madu itu sendiri dalam jumlah yang lebih banyak. Mumpung tak ada semut-semut yang lainnya, pikir semut itu. Lalu, sang Semut memakan lagi madu yang melimpah. Enak. Ia memakannya lagi banyak-banyak. Tanpa ia sadari, ia sudah berada di tengah-tengah genangan madu yang lezat. Sang Semut baru menyadari kakinya tak bisa digerakkan, lengket di tengah-tengah madu.

Sang Semut panik, tak ada yang bisa menolongnya. Hingga akhirnya, ia merasa menyesal karena telah serakah. Hingga akhir hayatnya ia tenggelam dan mati dalam kubangan madu.

Cerita diatas adalah analogi manusia yang terjebak oleh godaan harta. Manusia awalnya hanya tergoda mencicipi madu (dunia) yang menggiurkan. Namun, lama kelamaan ia ingin menguasainya. Hingga akhirnya harta dunia itulah yang membinasakannya, karena keserakahannya.

Sesungguhnya jatah rezeki manusia telah diatur oleh Allah SWT. Apabila manusia dikaruniai banyak rezeki, hendaknya ia tak merasa bahwa itu semua adalah miliknya. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Harta yang kita miliki hanyalah titipan yang harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Hendaknya manusia tidak serakah dan sombong karena harta yang dimilikinya.