Menanam Saham Jihad

Islam hadir sebagai rahmat untuk semesta. Sejak awal kedatangannya, ia senantiasa membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, apapun agamanya. Inilah yang menjadi bukti tentang konsep Rahmatan Lil ‘Alamin dalam Islam. Namun, jalan kebenaran memang tak akan sepi. Ada saja rintangan yang dibentangkan dalam setiap jenak perjalanan perjuangan.

Rintangan tersebut dikomandoi oleh makhluk bejat bernama Iblis. Hebatnya, iblis ini diberi kewenangan oleh Allah untuk menambah bala tentara sesukanya. Sehingga jumlah mereka makin bertambah dari hari ke harinya. Uniknya lagi, bala tentara itu tidak hanya dari golongan mereka melainkan juga dari golongan manusia. Sehingga banyak kita jumpai manusia-manusia berhati dan berperilaku seperti Iblis.

Manusia-manusia berhati dan berperilaku iblis inilah yang kita jumpai di Negara -tidak sah- bernama Israel yang terus memerangi sesama manusia di Palestina. Sejak 1948, konflik ini makin subur. Bahkan, Al Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat Islam, dikabarkan dalam keadaan kritis lantaran bagian bawah masjid ini telah digali terowongan dan sudah diadakan pembangunan Haekal Sulaiman –kuil suci milik Yahudi.

Oleh karena alasan inilah umat Islam dituntut untuk bersegera dalam memenuhi seruan jihad. Berjuang mengorbankan semua yang dipunyai demi kejayaan Islam di muka bumi. Ketika Islam jaya, maka penindasan tidak mungkin ada. Dan ini, bukan mimpi. Generasi terdahulu Islam telah membuktikan betapa damainya dunia ketika Pemerintahan Global dipegang oleh kaum muslimin yang benar imannya.

Jihad sebagai tingkat tertinggi dalam Islam dibebankan kepada semua muslim yang mampu. Lapangannya pun tak berbatas. Ada jihad politik, jihad harta, jihad nyawa dan lain-lain. Jihad nyawa inilah yang sering disebut-sebut dalam Al Quran. Sayangnya, belakangan ini musuh-musuh Islam sengaja memelintir makna jihad menjadi terorisme. Anehnya lagi skenario busuk ini berhasil membius sebagian besar kalangan muslim yang memang terkenal abangan dan acuh terhadap agamanya sendiri.

Jihad nyawa dianjurkan ketika kita diperangi. Ia adalah sarana untuk mempertahankan kehormatan diri dan aqidah. Ketika damai, jihad nyawa tidak disyari’atkan. Maka, ketika Palestina, Irak, Afghanistan, Patani, Moro, Chechnya, termasuk saudara muslim kita di Poso, Mesuji dan daerah lain dibantai oleh musuh-musuh Islam, maka menjadi kewajiban pula bagi kita untuk turut ke medan laga –berjihad di Jalan Allah. Sederhana saja, karena mereka adalah saudara-saudara kita.

Dan, sangatlah mustahil kita berdiam diri sementara saudara kita dihabisi nyawanya. Sayangnya, produk nasionalisme seperti batas teritorial sebuah Negara dengan Negara lain telah mengungkung kita sehingga tidak bebas menuju daerah konflik demi menyumbang nyawa guna kemuliaan Islam. Ada aturan-aturan kenegaraan yang mesti kita jalani ketika hendak beranjak ke luar negeri. Dan masalah inilah yang membuat kita terhalang untuk turut ‘menjual’ nyawa bagi saudara kita yang diperangi di belahan bumi lainnya (lintas Negara).

Solusi dari masalah ini adalah dengan memassifkan jihad harta. Yaitu menyumbangkan harta untuk mendukung bidang-bidang terkait jihad militer seperti membeli senjata, perlengkapan tempur dan baju perang ; mengembangkan fasilitas ; membangun pabrik senjata ; memberi tunjangan ekonomi bagi keluarga dan kerabat para mujahidin, agar para mujahidin merasa tenang dengan nasib orang-orang yang ditinggalkannya ; dan segala bentuk sumbangan yang digunakan untuk mengembangkan kekuatan kaum muslimin dalam setiap pertempuran dan segala bidang jihad militer yang bertujuan memerangi musuh Islam dengan cara apapun.

Jihad harta merupakan saudara kandung jihad nyawa. Bahkan, di berbagai ayat Al Qur’an terkait jihad, perintah untuk berjihad dengan harta selalu didahulukan dari perintah berjihad dengan nyawa. Kecuali dalam surat at-Taubah [9] ayat 111, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

Mari, tanamkan saham jihad kita untuk Palestina tercinta serta negeri muslim lainnya.