Membangun Jakarta, Membangun Manusia

Permasalahan Banjir dan Macet menjadi Penyakit kronis yang berlarut-larut di Kota Jakarta. Solusi yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta masih instant dan bersifat sementara. Pembangunan infrakstruktur sangat digalakan oleh pemerintah demi menyelesaikan permasalahan yang ada, tapi sepertinya pemerintah lupa, secanggih-canggihnya senjata (infrakstruktur), tetap saja membutuhkan manusia yang terdidik untuk mengoperasikanya.

Pembangunan SDM dan Pendidikan.

Komisi internasional pengembangan pendidikan mempunyai kesimpulan sebagai berikut : “for all those who want to make the world as it is to day a better place, and to prepare for the future, education is a capital, universal subject.” Tidak dapat disangkal lagi, pendidikan adalah faktor utama dalam membangun masa depan suatu peradaban. Tidak berlebihan jika sektor pendidikan jauh lebih diutamakan daripada sektor yang lain.

Hasil dari pembangunan pendidikan memang tidak bisa langsung di petik saat itu juga. Pendidikan adalah investasi jangka panjang, mental-mental korup para pejabat telah menjadikan prioritas pembangunan pendidikan di Jakarta menjadi tersendat. Pembangunan infrastruktur dinilai lebih “basah” dan lebih cepat dinikmati dibandingkan dengan sektor pendidikan yang perlu bertahun-tahun untuk menuai hasilnya. Sehingga yang pemerintah bangun saat ini adalah untuk hari ini saja, tidak untuk masa depan Jakarta.

Pendidikan di Jakarta.

Pendidikan di kota Jakarta saat ini sangatlah tidak merata kualitasnya, sekolah-sekolah unggulan atau yang memiliki kualitas baik sangatlah sedikit, dalam hal ini penulis akan menjelaskan tentang pemetaan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Jakarta. Hal ini pun berlaku bagi Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN).

Sampai saat ini terdapat 115 SMAN di seluruh Jakarta, namun yang perlu kita cermati adalah hanya ada beberapa sekolah yang menjadi pilihan favorit bagi seluruh siswa di kota Jakarta. Sekolah favorit dan sekolah tidak favorit timbul dikarenakan ketimpangan kualitas pendidikan yang terjadi, baik dari segi kualitas pendidik, dan fasilitas penunjang pendidikan.

Kita ambil contoh SMAN 8 Jakarta yang menjadi sekolah terfavorit setiap kali penerimaan siswa baru. Siswa di sekolah ini tersebar dari semua Kotamadya di Jakarta. Jarak tidak menjadi masalah asalkan mereka bisa sekolah di tempat terbaik, dengan tenaga pengajar terbaik.

Pendidikan dan Macet

Pada kenyataanya kualitas sekolah yang tidak merata telah berperan besar dalam menimbulkan kemacetan di Jakarta. Dengan tidak tersedianya sekolah yang bermutu baik di setiap kecamatan di Jakarta, telah membuat banyak siswa mencari sekolah yang bermutu baik, walaupun harus menempuh jarak yang lebih jauh keluar dari kecamatan di mana mereka tinggal.

Siswa dalam hal ini akan melakukan jarak tempuh yang jauh untuk sampai ke sekolah mereka, dan tidak bisa kita pungkiri, kemacetan di Jakarta akan mendorong mereka untuk menggunakan kendaraan pribadi baik motor ataupun mobil. Situasi ini telah menjadikan jalanan ibu kota semakin sesak dengan kendaran bermotor.

Bayangkan jika setiap kecamatan seluruh sekolah memiliki mutu pendidikan yang baik, tentu para siswa tidak perlu jauh-jauh pergi ke kotamadya lain untuk pergi ke sekolah. Bahkan mereka cukup berjalan kaki atau bersepeda  untuk sampai ke sekolah yang tidak jauh dari rumah mereka, tentu hasilnya akan mengurangi jumlah kendaran pribadi yang melintasi jalan-jalan ibukota.

Dengan mutu pendidikan yang merata tentu akan memberikan efek lain terhadap masyarakat Jakarta. Dengan masyarakat yang berpendidikan, ketertiban berlalu lintas bukan lagi hanya harapan, masyarakat yang cerdas dan idealis pasti akan berperilaku tertib dalam berkendara. Dapat kita simpulkan pendidikan bermutu yang merata di seluruh kota Jakarta akan mengurangi kepadatan kendaraan bermotor, dan meningkatkan masyarakat yang cerdas dalam berkendara.

Banjir yang sudah menjadi permasalahan Jakarta sejak zaman kolonial,  juga dapat kita atasi dengan pendidikan yang bermutu. Melalui pendidikan kita dapat membentuk budaya masyarakat yang  peduli lingkungan. Masyarakat yang peduli lingkungan tentu akan membentuk pola hidup yang teratur, mulai dari membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon, mendaur ulang barang bekas, dan seterusnya. Semua kebiasan ini dapat terwujud melalui pendidikan, bukan melalui ekonomi.

Pemerintah DKI Jakarta ke depan-nya harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan pro rakyat seperti pembangunan untuk sektor pendidikan. Kebijakan pendidikan dan kesehatan harus menjadi prioritas utama, karena kedua hal ini akan menjadi pondasi awal membangun suatu kota yang maju. Sudah saatnya kini Jakarta mengubah pola pembangunananya, dari pembangunan infrastruktur menjadi pembangunan SDM melalui pendidikan. Karena membangun kota berarti membangun suatu peradaban, membangun suatu peradaban adalah membangun manusianya.

 

Oleh: Muhamad Ihsan, Bekasi
Pegiat Pendidikan

Facebook
 – Blog