Membalas Cinta Orangtua

Suatu hari, seorang lelaki mengadukan kepada orang bijak tentang keburukan ibunya. Lalu ia menjawab, ”Ia tidak pernah berlaku buruk selama mengandungmu sembilan bulan.”

Lelaki itu berkata, ”Sungguh, perilakunya sangat buruk.”

Ia berkata, ”Ia tidak berperilaku buruk selama menyusuimu dua tahun.”

Laki-laki itu berkata, ”Sungguh, perilakunya sanggat buruk.”

Ia berkata, ”Ia tidak pernah berlaku buruk saat engkau membuatnya tidak tidur malam untuk menjagamu dan saat engkau membuatnya haus pada siang hari.”

Laki-laki itu berkata, ”Tapi saya telah membalas kebaikannya itu.”

Ia berkata, ”Apa yang telah engkau lakukan untuknya?”

Laki-laki itu berkata, ”Saya telah menghajikannya dengan menggendongnya di punggungku.”

Ia berkata, “Engkau belum membalas kebaikannya sedikitpun.”

Orang bijak itu mengisyaratkan penderitaan yang dialami seorang ibu saat mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya. Ia rela tidak tidur demi menjaga dan melindungi anaknya. Namun, sekarang anak-anak muda banyak yang melawan orangtua. Bahkan ada anak yang berani membunuh ibunya hanya karena hal sepele.

Apakah kita mau menjadi anak durhaka? Bukankah tanpa sadar kita sering menyakiti hati orangtua kita. Kalau tidak diberi uang kita cuek, ketika disuruh pura-pura sibuk, ketika dipanggil purapura tidak dengar malah justru mengeraskan suara music di kamar.

Ibu tak akan mengeluh melihatmu seperti itu. Ia akan mendekatimu dan menanyakan apa engkau sudah makan? Apa itu bukan bukti bahwa ibu adalah orang yang selalu ada untukmu?

Allah berfirman, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (member kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Ahqaf: 15)

Dalam ayat ini Allah memberikan peringatan dengan menyebutkan sebab seorang anak harus berbuat baik kepada orangtuanya. Dia menyebutkan kesulitan yang ditanggung oleh seorang ibu saat mengandung anaknya, kemudian kesulitan besar saat melahirkan anaknya, lalu kepayahanmenyusuinya danmemberikan pelayanandalam mengasuhnya.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai budak, lalu memerdekakannya.” (HR. Muslim).

Hadits ini menyiratkan bahwa seorang anak tidak akan sanggup membalas kasih saying orangtuanya. Karena itulah sebagai seorang anak sebaiknya berprilaku baik kepada orangtua sebagai wujud kasih saying kita kepada orangtua kita. Dengan merawat dan menjaga mereka hingga mereka menutup mata.

Waktu tidak akan terulang. Penyesalan selalu datang belakangan. Sebelum engkau menyesal. Luangkanlah waktumu buatlah orangtuamu tersenyum. Peluklah ia dan katakanlah engkau menyayanginya. Karena engkau tak akan sanggup membalas cintanya.