Malu Menjadi Muslim

Sudah berapa tahun menjadi muslim? 10 tahun? 20 tahun? 50tahun? Sudahkah bangga dengan identitas sebagai muslim?

Banyak yang berkoar-koar tentang toleransi di negeri ini. Mengajak bersama-sama mengucap selamat atas perayaan agama lain. Berbondong-bondong membakar uang demi pergantian tahun yang tiada gunanya. Memaksa orang lain untuk menggunakan atribut yang jelas-jelas tidak diajarkan bahkan di agamanya sendiri. Semua itu demi satu kata, toleransi.

Takut dianggap tidak modern kalau tidak toleransi. Khawatir dianggap fanatik kalau tidak seperti orang kebanyakan. Galau dianggap tidak gaul saat memilih kegiatan yang lain ketika semua teman-temannya bersiap pawai menyambut pergantian tahun.

Tapi pernahkah takut dianggap tidak modern bila tidak sholat?
Pernahkah khawatir dianggap tidak taat ketika lebih memilih beribadah standar-standar saja? Padahal kita tahu, tebusan atas surga itu mahal harganya.

Masihkah tenang bila setiap hari hanya mengisi waktu dengan menggoda dan menikmati wajah-wajah perempuan atau laki-laki yang bukan mahramnya?

Sering menemukan mereka yang lebih senang berucap, “Ya Tuhan…” dibandingkan dengan,“ Ya Allah..” hanya gegara takut dianggap alim. Padahal jelas dalam hatinya mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya. Yang paling berjasa atas apapun yang dimilikinya sekarang dan dihari kemudian.

Sering pula menemukan mereka malu sholat ditempat umum hanya karena disekeitar mereka tidak ada satu pun tanda-tanda orang muslim. Khawatir dianggap aneh, padahal waktu sholat sebentar lagi lewat.

Tidak jarang bertemu dengan mereka yang takut-takut bertanya dimana tempat sholat yang layak pada saat dalam perjalanan.

Memilih melakukan kemudahan tanpa kemantapan fiqh yang yang jelas. Masih ingat berapa kali sholat di atas kendaraan tapi tidak paham asal muasal diberikannya keringanan sholat dikendaraan?

Kita yang masih malu menunjukkan diri atas kemusliman ini, masihkah berharap Allah berkenan memberikan petunjuk?

Kita yang masih malu untuk belajar namun berani mengambil kemudahan-kemudahan yang Allah berikan, masihkah berani meminta dimudahkan?

Kita yang masih malu dengan identitas sebagai muslim ini apakah masih berharap Allah akan memberi lebih atas beragam kekurangan yang kita lakukan secara terang-terangan?

Ini bukan perkara fanatik atau tidak fanatik. Namun sejauh apa kita bangga atas kemusliman kita. Masih ingat Mahatma Gandhi, seorang pemeluk Hindu yang taat? Bahkan dia sampai mogok makan saat mengetahui seorang perempuan hindu akan menikah dengan seorang pemuda muslim. Sampai sejauh itu dia fanatik atas agamanya.

Lalu, kepadamu diri yang sudah berada di agama kebenaran, apalagi yang membuatmu malu?