Ketika Zaman Jatuh Cinta

“Kontras”. Mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan antara kondisi penonton Sea Games XXI dengan Penonton pertandingan sepak bola Kualifikasi Piala Dunia Grup E Zona Asia antara Indonesia Melawan Iran. Penonton Sea Games XXI dimana-mana terlihat ramai. Mereka berjubel memberikan dukungan kepada merah putih di setiap cabang olah raga yang dipertandingkan. Sementara situasi berbeda terlihat pada pertandingan pra-Piala Dunia antara Timnas Indonesia Melawan Iran. Menurut laporan salah satu stasiun televisi, kondisi di sekitar Gelora Bung Karno tempat pertandingan tersebut dihelat terlihat lengang karena sepi penonton.  Suporter bola Indonesia tercinta tak lagi seperti lalu-lalu. Mereka tak seramai dulu yang rela bertaruh raga dan merogoh kocek kadang dalam, demi menonton pertandingan Timnas Indonesia. Padahal jika dibandingan antara kedua even olahraga ini, pertandingan kualifikasi Piala Dunia lebih tinggi derajatnya dibanding pertandingan sekelas Sea-Games yang sebatas even olahraga se-kawasan Asia Tenggara.

Situasi ini juga berlaku di tempat kost saya. Tetangga kamar yang gila bola sepertinya beralih hobi malam ini. Dia lebih memilih menonton pertandingan voli Sea-Games dibanding sepak bola pra-piala Dunia. Setelah ditelisik, ternyata beliau kesal akan penampilan Timnas Indonesia. Dia lebih memilih menonton bola voli dimana Tim Bola Voli Indonesia berpenampilan apik sehingga unggul atas lawan.

Pemuda penggengam zaman adalah pemuda yang mampu membaca dan menerjemahkan tetanda zaman. Terjemahan zaman ini kemudian dijadikan dasar untuk menyikapi zaman sehingga ritme perjalanan zaman dibawah kendalinya. Disebabkan karena ritme perjalanan zaman mampu dikendalikan maka jadilah mereka pemimpin zaman. Pertanyaannya sekarang, maukah Anda wahai para pemuda menjadi pemuda penggenggam zaman itu? Jika Anda tertarik maka mari memulainya dengan membaca, menerjemahkan dan menentukan sikap atas zaman melalui fenomena di atas.

Gambaran yang telah diuraikan pada awal tulisan ini setidaknya dapat dijadikan frase awal dari narasi zaman yang sedang kita baca dan akan diterjemahkan serta menentukan sikap atas zaman tersebut. Frase awal ini telah cukup mengantarkan kita untuk membaca zaman. Karena bab membaca zaman telah rampung maka selanjutnya bab menerjemakan zaman akan dimulai.  Memulainya dengan sebuah pertanyaan sederhana “Apa yang membuat mereka berubah?” Jawaban atas pertanyaan ini tentu saja beragam dari setiap orang dengan segenap argumentasi pembenarnya. Tetapi secara garis besar kita akan sepakat bahwa perubahan itu disebabkan oleh “prestasi”. Sebuah jawaban sederhana pula.  Perhatian publik berubah karena prestasi. Publik cenderung melirik yang berprestasi. Sesuatu yang wajar karena manusiawi. Untuk memperkuat kesepakatan  ini maka mari kita melakukan uji kebenaran di lain obyek.

Survey yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI) pada bulan juni 2011 menunjukkan penurunan kepercayaan public terhadap KPK dari 58,3% pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada tahun ini. Alasannya karena kinerja KPK dalam memberantas korupsi makin surut atau menurun. Dengan surutnya kinerja, prestasi pun menurun. Efeknya kepercayaan publik pun menurun seiring turunnya prestasi. Prestasi berbanding lurus dengan kepercayaan, perhatian, empati, dan sejenisnya. Inilah terjemahan zaman. Zaman yang rindu akan prestasi.

Atas dasar terjemahan zaman inilah, sikap atas zaman ditentukan. Karena ini adalah zaman yang merindukan prestasi maka berprestasi adalah sebuah kemestian jika ingin zaman jatuh cinta terhadapmu. Ketika zaman jatuh cinta kepadamu, niscaya ia akan menyerahkan segenap jiwa raganya dalam penguasaanmu. Ketika itu terjadi, saat itulah zaman tergenggam. Maka jadilah anda pemuda penggenggam zaman.

Prestasi akan membuatmu bersinar di tengah-tengah zaman. Engkau bak lilin bersinar di tengah kegelapan gua zaman. Sehingga manusia zaman yang gerah akan kegelapan akan selalu berada dan mengikuti di sekilingmu kemanapun dirimu pergi. Karena mereka merasa senang dengan keberadaanmu maka benih cinta pun bersemi. Saat itulah mereka dibawah kendalimu karena separuh jiwanya adalah dirimu.

Medan untuk menciptakan prestasi terhampar luas seluas-luasnya hamparan masalah kehidupan zaman. Di mana-mana ada masalah yang butuh jalan keluar. Membuka pintu jalan keluar itulah disebut prestasi. Untuk membuka pintu jalan keluar memulainya sederhana saja dan sesuai kemampuan. Mulai dari hal-hal kecil tetapi berefek besar. Gunakan segala potensi yang anda miliki.

Jika spesifikasi anda ilmu pendidikan, didiklah anak yang tak mampu agar menjadi cerdas dan bermoral. Dengan kecerdasan dan moralitas yang terpuji mereka akan terbantu keluar dari garis kemiskinan. Disitulah anda berprestasi karena memutus lingkaran setan kemiskinan.

Jika spesifikasi  ilmu ekonomi, ajarilah pedagang kecil tentang manajemen dan pembukuan sehingga mereka terbantu dalam usahanya. Mengajari mereka tentang manajemen dan pembukuan dapat berefek besar terhadap usahanya, karena ilmu manajeman akan mendorong kemajuan usahanya ditambah pembukuan yang dapat memudahkan bank menyalurkan modal.

Jika spesifikasi anda ilmu pertanian, ke sawah ladanglah berbagi ilmu dengan petani. Petani-petani kita butuh sentuhan tangan-tangan pemudah berilmu nan energik lagi bermoral. Mari mengajari mereka keluar dari hegemoni revolusi hijau yang merusak alam dan membuat petani merugi karena hasil panen tak dihargai seberapa oleh konsumen.

Begitu juga ketika anda sebagai “Abdi Negara”, jadilah abdi negara yang baik. Berusahalah menjadi orang baik ditengah bobroknya birokrasi akibat masa lalu. Mari menata puing-puing birokrasi yang hancur lebur diterjang masa lalu. Mari merangkai puing-puing itu menjadi istana yang indah dimana setiap warga Negara merasa nyaman karenanya.

Ketika itu semua dilakukan maka niscaya zaman akan bertabur dengan kebaikan. Sesuatu yang didamba manusia di setiap zaman. Kelaparan, kemiskinan, buta huruf, pembunuhan, dan sejenisnya akan menjadi barang langkah terdengar dan terlihat oleh mata telinga. Tetapi zaman penuh dengan kesejahteraan, saling mengasihi, ketentraman, ilmu pengetahuan, dan sejenisnya. Maka zaman pun melahirkan kebahagiaan yang merupakan buah cinta antara zaman dengan pemuda penggengam zaman.

 

Oleh: Taufik Mubarak, Jayapura-Papua

Blog