Ketika Syi’ah Mengkambinghitamkan Ahlus Sunnah

Berdiskusi atau berdebat dengan orang-orang Syi’ah tampaknya menjadi sesuatu yang membosankan. Karena bila sudah terdesak, ujung-ujungnya mereka mulai mengkambing hitamkan lawan diskusinya.

Kambing hitam menurut kamus bahasa, orang yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan;  me·ngam·bing·hi·tam·kan v menjadikan kambing hitam; mempersalahkan; menuduh bersalah: sikapnya selalu ~ orang lain, sedangkan sebenarnya dia sendiri yg berbuat. Pengambinghitaman adalah tindakan yang menyatakan seseorang, sekelompok orang, atau sesuatu itulah yang bertanggung jawab atas sejumlah besar masalah.

Jurus mengkambinghitamkan ini adalah jurus orang-orang yang dangkal pemikirannya dan terjerumus pada taklid buta. Orang yang talid buta (munqalid) menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, seperti kerbau yang dicucuk hidungnya oleh sang majikan. Kerbau itu akan pergi kemanapun majikannya pergi meskipun terperosok dalam lubang yang dalam.

Dari beberapa kali saya berdiskusi dengan orang-orang Syi’ah, setidaknya ada tiga kambing hitam yang disematkan Syi’ah kepada kaum muslimin:

Pertama, Wahabi.

Jika kita mendengar kata “Wahabi” dari mulut orang-orang Syi’ah sebagai tuduhan kepada kita, maka itu adalah ciri khas perkataan mereka. Jadi, kita harus bersabar karena sampai disitulah kualitas pemikiran mereka. Padahal tidak semua Ahlus Sunnah itu Wahabi. Tapi sudah pasti, seluruh Ahlus Sunnah menolak Syi’ah, entah dia berasal dari Wahabi (maksudnya kelompok Salafiyin), NU, Muhammadiyah, Persis, Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir, dan sebagainya.

Mereka menuduh seperti itu karena ingin memecah belah barisan kaum muslimin. Yang sebagian dari kaum muslimin seperti NU tidak terlalu suka dengan Wahabi. Maka, orang-orang Syi’ah mulai mencap orang-orang yang anti Syi’ah sebagai wahabi dengan harapan orang-orang NU membela mereka. Padahal kenyataannya secara prinsip NU lebih dekat kepada Wahabi ketimbang dengan Syi’ah.

Sejak kapan Ahlus Sunnah dituduh sebagai Wahabi? Wahai orang-orang Syi’ah, keberadaan kalian lebih dahulu ada dibanding Wahabi. Kalian sudah dijuluki sebagai musuh agama ini sejak zamannya Tabi’in, Tabiut Tabi’in, sejak zamannya Imam Mazhab yang empat masih hidup.

Kedua, antek-antek Zionis.

Mereka menganggap diri mereka paling benar, paling garang permusuhannya terhadap zionis, paling kuat perlawanannya terhadap zionis. Tuduhan ini sepertinya banyak ditujukan kepada orang-orang Wahabi yang mereka anggap sebagai kepanjangan tangan Pemerintah Arab Saudi atau pemerintah Arab lainnya yang mereka anggap sebagai antek-antek zionis dan negara boneka USA. Menurut saya, anggapan mereka ada benarnya, tapi ada juga salahnya. Realitanya, tak sekalipun Iran berperang melawan Zionis, sedangkan negara-negara Arab pernah berperang melawan Zionis sekalipun hanya enam hari! Bahkan Raja Faishal telah berjihad dengan apa yang dimilikinya dan akhirnya beliau terbunuh karena aksi heroiknya tersebut!

Menyamakan Ahlus Sunnah dengan antek-antek zionis sangatlah naif, sombong, dan bohong besar. Tidak perlu menggeneralisir semuanya, karena seringkali rakyat dan pemerintahannya tidak klop. Jika rakyat menolak Syi’ah, apakah itu berarti rakyat itu juga antek-antek zionis? Itu sama saja tuduhan keji dan fitnah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Dan, orang yang melontarkannya tidak berakhlak.

Ketiga, musuh Ahlul Bait.

Mereka menggunakan nama “Ahlul Bait” padahal hakikatnya adalah Syi’ah. Ketika ada orang yang melawan mereka, maka dengan ringan mereka mengatakan, “Kalian musuh ahlul bait.” Ahlul Bait yang mana wahai orang-orang Syi’ah? Apakah kalian juga menganggap Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Asma, dan Hafshah sebagai ahlul bait? Jika tidak (dan jawabannya pasti tidak) atau bahkan kalian melaknat orang-orang seperti mereka, maka sesungguhnya kalianlah musuh Ahlul Bait itu! Sementara kami mencintai Ali, Fatimah, Hasan, Husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Zaid, Ja’far Ash-Shadiq dan keturunan Ali yang istiqomah lainnya. Mereka adalah orang-orang yang bertakwah dan menolak taqiyah.

Lihatlah Husein rela dipenggal lehernya karena mengatakan yang haq! Lihat juga Imam Zaid yang wafat terbunuh juga karena mengatakan yang haq! Mereka katakan apa yang seharusnya mereka katakan walaupun nyawa taruhannya. Sesungguhnya mereka yang berkata jujur adalah pendukung ahlul bait sejati. Sedangkan yang berdusta atas nama ahlul bait, mereka adalah penipu besar!

Jika kita mendengar tuduhan-tuduhan di atas, maka harap maklum. Karena sampai disanalah batas kemampuan mereka dalam berpikir.

Abu Farras Mujahid

Blog