Ketika Bayi di Kandungan Mendengarkan Al Quran

Ketika hendak berbagi tautan muratal Al Quran kepada teman-teman, terlintas sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Khairukum man ta’allamal quran wa ‘allamahu.” Artinya, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar dan mengajarkan Al Quran.”

Saya merenungkan sejenak sebuah proses belajar Al Quran. Ternyata proses pembelajaran Al Quran diawali dengan proses mendengar Al Quran itu sendiri sebelum membaca Al Quran. “Waidza qurial quranu fastami’u lahu wa ansitu la’alakum turhamun.” Demikian salah satu ayat dalam surat Al A’raf ayat 204 terkait perintah untuk mendengarkan Al Quran. Kemudian saya terpikir tentang bayi di dalam kandungan. Bayi-bayi di dalam kandungan yang oleh orang tuanya diperdengarkan Al Quran, musik klasik, dan berbagai bentuk audio lainnya. Apakah itu berpengaruh untuk bayi tersebut? Ternyata, proses pembelajaran mulai dilakukan oleh bayi-bayi saat masih dalam kandungan.

Penny Gowland dan rekannya dari Universitas Nottingham menerbitkan sebuah karya ilmiah yang berjudul Fetal brain activity demonstrated by functional magnetic resonance imaging.[1] Penelitian tersebut menguji aktivitas otak bayi di dalam kandungan menggunakan functional magnetic resonance imaging.[2] Sebuah sajak di rekam. Hasil rekaman sajak tersebut selanjutnya diperdengarkan ke bayi tersebut dengan mendekatkan sumber suara rekaman ke perut sang ibu. Setelah itu diukurlah aktivitas otak bayi dalam kandungan. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas otak pada bayi dalam kandungan. Mungkin kita sering mendengar dialog seorang suami dan istri, “Pak, bayi kita nendang-nendang setelah Bapak panggil.” Aktivitas tersebut merupakan respon dari sang bayi dalam kandungan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kathleen Wermke dari dari University of Würzburg dan beberapa peneliti dari Max-Planck-Institute, dan Laboratoire de Sciences Cognitives et Psycholinguistiqu. Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Newborns’ Cry Melody Is Shaped by Their Native Language.[3] Dalam penelitian tersebut, Kathleen Wermke mengatakan, “Temuan dramatis dari studi ini adalah bahwa bayi yang baru lahir tidak hanya mampu menghasilkan melodi tangisan berbeda, tetapi mereka juga menghasilkan pola melodi khas yang dipengarahui oleh bahasa lingkungan yang mereka dengar selama mereka hidup di dalam kandungan, dalam trimester terakhir kehamilan.”

Ternyata, proses pembelajaran mulai dilakukan oleh bayi-bayi saat masih dalam kandungan. Alangkah baiknya jika kita memperdengarkan Al Quran kepada bayi sejak di dalam kandungan. “Waidza qurial quranu fastami’u lahu wa ansitu la’alakum turhamun.” Artinya, “Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” Bayi-bayi yang mendengarkan Al Quran tentulah akan dirahmati oleh Allah SWT. Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita anak-anak yang shalih dan shalihah.

Link terkait:
1. http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736%2899%2902901-3/fulltext
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Functional_magnetic_resonance_imaging
3. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960982209018247

 

Oleh: Muhammad Hilmy Alfaruqi, Korea Selatan
FacebookTwitterBlog