Hukum Membaca Al Quran dengan Melagukannya seperti Penyanyi

Mufti Agung Kerajaan Arab Saudi, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz ditanya, “Apa menurut pendapat Anda (wahai Syaikh), terhadap orang yang membaca al-Quran dengan cara melagukannya hingga menyerupai nada-nada musik, bahkan terkadang (lantunan itu) malah benar-benar diambil dari sebuah lagu. Mohon pencerahannya mengenai hal tersebut, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.”

Beliau menjawab dalam Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah al-Juz at-Tasi’, “Seorang mukmin tidak diperbolehkan untuk membaca al-Quran dengan lantunan/nada yang diambil dari nyanyian, dan tidak boleh juga dengan model (gayanya) para penyanyi.”

Beliau melanjutkan, “Dia harus membacanya sebagaimana bacaannya para pendahulu kita dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik. Maka cara membaca yang benar adalah dengan tartil (jelas), (menghayati isinya) hingga timbul rasa sedih dan takut, agar bacaannya itu membekas di hatinya dan di hati orang-orang yang mendengarnya. Adapun jika membacanya dengan gaya dan caranya para penyanyi, maka hal ini tidak diperbolehkan.”

Dalam sebuah hadits dhaif Rasulullah bersabda,

فقد روى الترمذي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «اقرءوا القرآن بلحون العرب وأصواتها، وإياكم ولحون أهل الكتاب والفسق، فإنه سيجيء بعدي أقوام يرجعون بالقرآن ترجيع الغناء والنوح لا يجاوز حناجرهم، مفتونة قلوبهم وقلوب الذين يعجبهم شأنهم».

Bacalah Al Quran dengan lagu dan suara orang arab. Jauhilah lagu/irama Ahli Kitab dan orang orang fasiq. Nanti akan ada orang datang setelahku membaca Al Quran seperti menyanyi dan melenguh, tidak melampau tenggorokan mereka. Hati mereka tertimpa fitnah, juga hati orang yang mengaguminya. (Diriwayatkan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 2406, ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath no. 7223, dan lainnya)

Syaikh Albani mendhaifkannya dalam Dha’if al-Jami’ no. 1067. Dalam tanya jawab di http://islamqa.info/ar/201715 disebutkan ada 3 perawi yang mejadi sebab lemahnya hadits ini : Abu Muhammad, Hushain bin Malik al-Fazariy dan Baqiyah bin Walid