Gangguan Mental Megawati dan Megalomania

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Rasulullah Wa Ba’du :

Allah berfirman :

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Qs.Luqman : 18)

Rasulullah bersabda :

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga perkara yang membinasakan, (yaitu) kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan takjubnya seseorang terhadap dirinya sendiri” (HR Ath-Thabrani dalam Al-Ausath no.5452, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shohiihah no.1802)

“Megalomania”, berasal dari kata Yunani “megalo” yang berarti : sangat besar, sangat hebat. Kata megalomania diistilahkan untuk sebuah sindrom kejiwaan pada manusia yang merupakan suatu bentuk ketidak normalan (penyakit).

Dalam peristilahan bahasa Indonesia , megalomania berarti suatu kelainan jiwa yang ditandai oleh adanya khayalan tentang kekuasaan dan kebesaran diri (Kamus besar bahasa Indonesia).

Secara medis, megalomania didefinisikan sebagai suatu kondisi mental di mana pasien memiliki delusi mengenai kebesaran diri berlebihan dan perasaan kebesaran atas dirinya sendiri (Medical dictionary, University of New Castle, England).

Megalomania adalah salah satu gejala gangguan jiwa yang ditandai dengan fantasi hebat atau perilaku gaya hebat (tetapi realita tidak benar), ingin dipuja, dan si penyandang mengalami gangguan empati. Biasanya ditandai dengan berfantasi bahwa dirinya sudah sukses tanpa bisa melihat batas dan realita, kuat, hebat, pandai luar biasa ( selalu menggoblok-goblokkan orang lain), merasa cantik, atau paling ideal. Ia merasa dirinya seseorang yang unik, yang dikagumi orang-orang, dan selalu menginginkan mempunyai level setingkat dengan orang-orang yang sudah sukses.

Sigmund Freud berpendapat bahwa megalomania adalah bentuk narsisme atau perasaan mencintai diri sendiri secara berlebihan dalam diri manusia. Penderita megalomania mempunyai kecenderungan untuk menilai dirinya secara berlebihan atau menilai diri di luar batas.

Dalam sejarah, Hitler adalah salah satu nama legendaris pengidap megalomania. Kepercayaan terhadap dirinya sendiri begitu kuat, tak pernah pandangannya berubah bahwa dirinya adalah seorang yang akan membawa kejayaan bangsa Aria (Indo-Jerman) ke puncak dominasi kekuasaan dunia. Di negerinya, ia tak bisa disaingi dan perkataannya yang paling terkenal adalah, “Aku adalah negara dan negara adalah aku..”

Jauh sebelum Hitler menunjukkan gejala megalomanianya, Namrud dan Fir’aun (Pharaoh) telah lebih dulu menunjukkan gejala sindrom megalomania yang hebat. Perasaan kebesaran dan keagungan diri sendiri menyebabkan merasa sebagai penentu nasib dan kehidupan orang lain.
Kata-kata Namrud yang paling terkenal adalah, “Aku bisa menghidupkan dan mematikan…”

Dan kata-kata Fir’aun yang terkenal adalah, “Akulah Tuhan tertinggi,” dan, “Apakah kalian akan beriman sebelum aku izinkan..?”

Megalomania adalah sindrom yang dibuat-buat sendiri penyebabnya dan cenderung dinikmati oleh pengidapnya. Seringkali seseorang menyadari tentang keadaanya, akan tetapi seringkali juga seseorang meng-kebelakangkan kesadarannya itu dikarenakan merasa nikmat dengan keadaan sindromnya dan tidak mau bersusah-susah dalam ketidak nyamanan akibat upaya mengendalikan diri.

Megalomania berefek buruk bagi kejiwaan seseorang, dan dalam kondisi yang ekstrim apa yang dirasakannya akan berusaha dia wujudkan secara irasional, tidak lagi memperdulikan norma-norma apapun, sangat subjektif, egoisme yang tinggi dan kehilangan pertimbangan yang logis dan bijak. Jika sudah seperti ini, bukan hanya dirinya yang akan dihancurkannya, tapi ia juga akan menjadi sosok yang berbahaya bagi orang lain ataupun bagi suatu komunitas masyarakat.

Dalam Islam, gejala megalomania diidentikkan sebagai bagian dari penyakit kulub yang disebut ujub , sebagaimana tersirat dalam Qs.Luqman:18 dan disebut dalam hadits riwayat Ath-Thabrani di atas.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”, yaitu sombong dan bangga pada diri sendiri serta “fakhuur” yaitu sombong terhadap orang lain..” (Tafsir Ibnu Katsir, juz 21 Qs.Luqman:18).

Megalomania di Perpolitikan Indonesia

Saya kasihan dengan presiden kita yang sama sekali tidak dihargai oleh Ibu Megawati, Megawati menghina simbol negara dan arogan.

“Dia (Jokowi-red) presiden RI yang harus dihargai dan dijaga martabatnya. Bukan jongos yang harus tunduk pada ndoro (tuan dan nyonya) para pimpinan partai! Seorang presiden, siapa pun dia, tukang mebel atau petugas partai, adalah pilihan rakyat. Bahkan legitimasi politiknya jauh lebih tinggi dibanding para pemimpin partai.”

Ketua Umum PDIP Megawati masih saja merendahkan derajat Presiden Jokowi. Apalagi sebelumnya Mega sering menyebut Jokowi sebagai petugas partai.

“Tiadanya ucapan Megawati yang menyebut Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, juga memberikan kesempatan Presiden berpidato adalah penghinaan atas simbol-simbol negara! Megawati tidak memberikan pendidikan politik yang baik pada generasi muda Indonesia yang harusnya menghormati presiden dan wakil presidennya,”

Megawati telah mengidap gangguan mental Megalomania karena selain merendahkan Jokowi. Megawati juga merasa dirinya paling hebat dalam hal segalanya contohnya Mega Sebut Tak Ada Pemimpin Sehebat Dirinya Saat Berorasi  http://news.detik.com/read/2015/04/11/163728/2884458/10/mega-sebut-tak-ada-pemimpin-sehebat-dirinya-saat-berorasi

Ini adalah gejala gangguan mental megalomania…

Wallahu a’lam.