Ciptakan Suasana Suami-Istri yang Harmonis

Menikah itu menenangkan dan menyenangkan, banyak ayat dan hadist yang menjelaskan mengenai manfaat menikah. Rasulullah sendiri pun sangat menganjurkan para pemuda yang masih lajang agar melangsungkan pernikahan, bahkan beliau sangat mencela pemuda-pemuda yang mempertahankan status lajangnya.

Biarpun pernikahan itu mendatangkan kesenangan dan ketenangan, tetapi tetap saja ada sebagian pasangan yang merasakan kebosanan dalam menjalani kebersamaan. Sebenarnya hal tersebut lumrah saja, karena sudah sifatnya manusia yang selalu tidak pernah bisa puas sehingga bosan dengan keadaan. Untuk itu harus ada peremajaan keadaan agar keharmonisan selalu terjaga.

Dalam kitab al-Azkar, Imam Nawawi menyebutkan bahwa dalam kitab hadist Turmidzi dan Nasa’i, Siti Aisyah ra meriwayatkan Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “orang beriman yang imannya paling sempurna ialah mereka yang paling baik akhlaq dan paling lembut terhadap keluarganya”.

Sabda Nabi seperti yang tersebut di atas menjadi sebuah isyarat bagi setiap pasangan agar selalu menciptakan suasana yang harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Dan kuncinya adalah akhlaq yang baik. Kehidupan bersama harus dijalani dengan kesabaran dan keiklasan serta bersikap qana’ah dalam menerima keadaan pasangan. karena, menyatukan dua karakter yang berbeda bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah.

Seorang suami sejatinya harus memperlakukan sang istri dengan sebaik mungkin. Mereka tercipta dari tulang rusuk yang bengkok sehingga harus sangat lemah lembut dengannya, jika tidak maka bisa patah yang berakhir dengan perceraian. Ada yang mengatakan, cinta lelaki terletak pada matanya, sementara cinta wanita berada pada telinganya. Untuk itu seorang istri harus bisa menyenangkan suami ketika ia dipandang dan menenangkan hatinya ketika sedang ditinggalkan. Demikian juga para suami harus selalu bertutur yang lemah lembut dengan istrinya dan sesekali diiringi dengan sedikit gombal dan gurauan kecil yang menyenangkan hatinya.

Sebuah pernikahan harus dipandang sebagai sebuah barang antik yang nilainya semakin tinggi seiring bertambahnya usia pernikahan. Pernikahan yang harmonis akan melahirkan generasi yang baik. Karena ibarat kata pepatah “buah tidak jauh-jauh jatuh dari pohonnya”. Disadari atau tidak, anak-anak akan mengikuti tingkah polah kedua orang tuanya. Sudah lazim kita lihat contoh yang ada dalam kehidupan nyata, seorang anak nabi juga menjadi nabi seperti nabi ismail yang merupakan anak nabi ibrahim, dan umumnya anak ulama juga bakal menjadi ulama nantinya. Tapi biarpun demikian ada juga anak nabi tapi pembangkang seperti anak nabi Nuh. Ada juga contoh biarpun ayahnya bukan ulama tapi anaknya menjadi seorang ulama besar, dari catatan sejarah kita ketahui bahwa ayah imam Al-Ghazali hanyalah orang biasa, namun karena beliau sangat memuliakan para ulama sehingga anaknya menjadi ulama besar yang bergelar Hujjatul Islam.

Terakhir, saya ingin mengutip sepotong kalimat dari KH. Zainuddin MZ, dalam ceramahnya beliau mengatakan, “Jika terjadi kegoncangan dalam rumah tangga, ingatlah suasana malam pertamamu ketika bersama dia.”