Cara Mencintai Ahlul Bait yang Benar

Sebagian orang berpikir bahwa madzhab Ahlus Sunnah (Sunni) tidak menghargai Ahlul Bait nabi Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini tuduhan salah.

Kaum Sunni sangat mencintai, menghormati, memuliakan, membela Ahlul Bait nabi Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kita mencintai mereka, karena mereka adalah bagian dari kehidupan nabi Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kalau terhadap sorban, sendal, pedang, baju dan barang-barang sisa dipakai nabi Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita hormati; apalagi darah daging beliau? Anak, istri, cucu-cucunya? Pasti kita muliakan.

Hanya saja, cara kita mencintai Ahlul Bait bersifat adil, bijak, manusiawi. Kita tidak menjadikan mereka sesembahan yang diibadahi, seperti yang biasa dilakukan orang Syiah. Nabi Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja tidak kita sembah, apalagi orang selain beliau?

Pertama: kita memandang Ahlul Bait sbg manusia-manusia pilihan. Tidak mencelanya. Tidak membencinya. Sebagai manusia mereka bisa salah. Tapi kita yakin, Allah Subhanahau wa Ta’ala mengampuni, memaafkan mereka.

Kedua: dalam mencintai Ahlul Bait, kita tidak boleh menjadikan para shahabat radhiyallahu anhum yang lain sebagai musuh, manusia tercela, sasaran kebencian, karena Ahlul Bait dan para shahabat hidup baik-baik selalu, bersatu, saling mencintai, kerjasama. Maka kita tak boleh mencintai sebagian dengan memusuhi yang lainnya.

Ketiga: Ahlul Bait adalah tokoh-tokoh utama dalam sejarah islam. Meskipun begitu tidak berarti Islam mengajarkan sistem kebangsawanan agama. Tidak ada itu. Siapa saja bisa menjadi yang terbaik dalam Islam, jika dia paling bertakwa (Al Hujuraat 13). Hal itu dibuktikan oleh nabi Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan memberi kepercayaan kepada para shahabat non Ahlul Bait dalam urusan ilmu, perang, zakat, dakwah, dan sebagainya. Nabi Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunjuk siapa saja, tanpa membedakan dia Ahlul Bait atau bukan.

Keempat: tentang masalah-masalah politik yang melibatkan Ahlul Bait di masa lalu, maka semua itu merupakan ijtihad mereka; kita berbaik sangka kepad mereka; adapun soal perhitungan amal, telah mendapat sebaik-baik hasil dari Allah Subhanahau wa Ta’ala. Kita yakin Allah Maha Bijaksana. Dan smua itu kita pandang sebagai masalah sejarah, bukan sumber akidah. Mengapa? Karena syariat Islam sudah sempurna, sebelum Nabi wafat.

Intinya kita mencintai Ahlul Bait secara adil, bijaksana, manusiawi; dan tidak membenci, memusuhi, atau brdusta atas mereka.

Alhamdulillah Rabbil ‘alamiin.

Ustadz Joko Waskito