Boleh Membunuh Dulu Penodong Bersenjata

Bagaimana yang harus dilakukan jika seseorang menemui seseorang yang menodong dengan senjatanya? Bolehkah membunuh si penodong terlebih dahulu?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata dalam Asy-Syarh Al-Mumti’ ‘ala Zaad Al-Mustaqni’ jilid 14 hal. 388:

Jika dia takut keduluan dibunuh pencuri karena punya senjata bolehkah dia mendahului untuk membunuhnya?

Ya, dia boleh mendahului. Kalau penjahat ini bersenjata dan telah menodongkannya kepada korban lalu mengatakan, “Serahkan dirimu atau keluargamu, kalau tidak aku akan membunuhmu!” Lalu di korban ini kuatir kalau menolak akan dibunuh maka dia boleh mendahului untuk membunuh si penodong itu karena itulah batas kemampuannya. Dia tidak mungkin menyerah kepada penjahat ini agar terbunuh.

Kalau anda katakan, “Bukankan bisa jadi dia hanya mengancam dan tidak akan membunuh beneran?”

Jawab, benar, bisa jadi demikian, tapi siapa yang bisa menjamin dia tidak akan membunuh. Lagi pula dalam kondisi itu si penjahat hanya ingin menyelamatkan dirinya, karena biar bagaimanapun dia tetap akan terbunuh baik oleh si korban maupun penguasa, maka bisa jadi pula dia akan benar-benar membunuh.

Kalau ada yang mengatakan, “Bukankah bisa jadi pistol yang dia todongkan itu adalah mainan anak-anak?”

Ya benar, bisa jadi begitu, tapi si korban dalam kondisi saat itu tak lagi sempat memeriksa apakah itu asli ataukah palsu dan tak sempat pula memastikan, justru dia dalam keadaan terancam kalau telat sedikit saja maka dia akan tereksekusi. Masalah ini bukan masalah logika lagi, tapi masalah operasioanal di lapangan. Itulah usaha maksimal yang bisa dia lakukan di lapangan.

Makanya para ulama berkata, “Bila dia (korban) kuatir dibunuh maka dia boleh mendahului untuk membunuh.” Berbeda halnya kalau dia tidak kuatir, maka hendaknya dia melawan dengan cara yang paling ringan secara bertahap.

Apa yang disampaikan Syaikh Al-Utsaimin ini cukup bijak, karena kalau sudah di lapangan maka tak sempat lagi kita melakukan tindakan berpikir, yang ada hanyalah reflek. Dalam pertarungan jalanan prnsipnya: “mikir berarti mati”. Apalagi bila musuh lebih dari satu dan semua bersenjata. Jalanan bukan film dimana satu jagoan bisa mengalahkan sepuluh orang dengan tangan kosong.