Belajar Kehidupan Dari Si Kecil

Dengan tenaga yang tersisa apa adanya, aku mencoba mengikuti instruksi dokter yang menyuruhku mengejan sekali lagi.

“Bismillahirrohmanirrohim…” Teriakku dengan sekuat tenaga.

Selang beberapa menit saja, terasa ada yang keluar dari dalam tubuhku kemudian terdengarlah suara tangisan itu.

“Alhamdulillahirobbil’alamin…” Dengan nafas terengah-engah dan kata yang terbata-bata kuucapkan lafazh itu tanda kesyukuranku pada Sang Khalik yang telah memberikan kekuatan dan keselamatan padaku.

Pada fase inilah kehidupan seorang anak manusia dimulai, saat dia mulai mengeluarkan suara tangisannya untuk pertama kali maka pada saat itulah dia mulai melepaskan ketergantungannya secara penuh pada ibunya.

Saat di dalam rahim sang ibu, dia akan mendapatkan suplai makanan dan oksigen dari ibunya. Ketika dia sudah ada di alam dunia, maka dia harus belajar benafas untuk mendapatkan suplai oksigen serta belajar untuk mendapatkan suplai makanan dari sang ibu demi kelangsungan hidupnya. Dia pun mulai mengkomunikasikan keinginannya dengan bahasa terbatas melalui tangisan. Namun tentu saja, semua ini berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah Allah SWT siapkan untuk si kecil. Hebatnya, kita tidak pernah melihat ada bayi yang merasa putus asa atau frustrasi bila usaha yang dia lakukan terkadang tidak dimengerti oleh orang dewasa di sekitarnya.

Saat si kecil beranjak besar, maka fase kehidupan yang dia jalani juga semakin bervariasi dari hari ke hari. Mulai dari belajar mengangkat kepala, tengkurap, lalu belajar merangkak hingga berdiri kemudian dilanjutkan dengan memulai langkah pertamanya. Semua di lakukan tanpa kita lihat ada sedikitpun kenginan menyerah dalam diri si kecil. Walaupun berulang kali terpeleset saat merangkak atau terjatuh saat memulai melangkah, dia tetap akan melakukannya lagi. Tak terbayang jika perasaan menyerah menyergap diri si kecil, maka dia akan berhenti untuk belajar melakukan itu semua. Tapi tentu saja, sejauh ini saya belum pernah melihat hal itu terjadi. Yang ada malah terkadang orang tuanya lah yang kurang sabar dalam menghadapi proses pembelajaran si kecil.

Sungguh, kisah tentang si kecil pada paragraf di atas merupakan sebuah pembelajaran bagi kita orang dewasa, dimana sering kali kita dihadapkan pada masalah yang baru. Namun sebelum kita melakukan usaha apapun, sering kali kita menyerah atau mengatakan, “Saya tidak bisa menghadapinya.”

Menjadikan ketidaktahuan kita akan masalah itu sebagai alasan tidak bia memecahkan masalah tersebut. Padahal Allah SWT telah memberikan kita kekuatan akal dan pikiran serta melengkapinya dengan hati agar kita bisa menggunakannya secara optimal dalam kehidupan ini. Allah SWT pun telah berjanji dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 286, “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Berarti sebenarnya Allah SWT sudah menyiapkan solusi untuk semua masalah yang kita hadapi, tinggal bagaimana cara kita untuk menemukan solusi tersebut.

Apakah kita tidak malu dengan makhluk yang jauh lebih lemah dari pada kita, namun memiliki semangat solusi yang jauh lebih besar dari pada kita?

Semua proses kehidupan yang si kecil hadapi pun merupakan hal baru baginya, namun si kecil mampu melewatinya dengan kekuatan, ketekunan dan semangat pantang menyerah. Jika kita mulai merasakan redupnya semangat dalam menyelesaikan masalah kehidupan kita, mulai dihampiri rasa putus asa, maka tengoklah kembali si kecil yang telah memberikan begitu banyak pembelajaran dan semangat dalam hidup.

Wallahu’alam.

Oleh: Ummu Syamil, IMUSKA, Korea Selatan