Bagaimana Cara Mimpi Bertemu Nabi?

Seusai menyampaikan Khutbah Jum’at di sebuah Masjid di kampungnya, Pak Kamsud didatangi oleh Nuhud; seorang pemuda yang turut shalat Jum’at di masjid itu. Beberapa pekan ini Pak Kamsud dalam khutbahnya selalu menekankan mengenai arti cinta kepada Nabi, di tengah maraknya kampanye yang digalakkan sebagian pembenci Nabi dengan mengedarkan karikatur yang mereka anggap sebagai gambar Nabi. Dari khutbah Pak Kamsud itu, tak jarang para jama’ah sempat menitikkan air mata kerinduan kepada Nabi saat mendengar khutbah yang sangat menyentuh darinya.

Nuhud kemudian datang menyapa Pak Kamsud, “Assalamu’alaikum pak. Maaf, boleh minta waktunya sebentar?”

“Wa’alaikum salam, boleh, silahkan mari duduk.”

“Tadi saya mendengarkan khutbah bapak, di antaranya bapak katakan bahwa setan tidak mampu menyerupai Nabi, dan apabila kita mimpi bertemu Nabi, maka mimpi itu asli?”

“Iya” Jawab Pak Kamsud singkat.

“Terus bagaimana Pak; caranya agar kita bisa mimpi bertemu Nabi?”

Pak Kamsud pun sejenak terdiam lalu berujar, “Dik, hal tersebut tidaklah mudah.”

Namun Nuhud kembali mengejar, “Tapi pak, saya sungguh ingin sekali mimpi bertemu Nabi.”

Pak Kamsud pun menghela nafas panjangnya dan berkata, “Baiklah, jika memang tekad sampeyan sudah bulat, saya akan beri tahu rahasianya, tapi sampeyan harus komitmen dengan segala konsekuensinya.”

“Insya Allah, pak.” jawab Nuhud semangat.

“Begini dik, esok hari sampeyan kerjakan puasa sunnah. Lalu di kala Maghrib tiba, berbukalah dengan nasi putih dan cabe rawit saja. Dan ingat, sampeyan tidak boleh minum air sedikit pun. Paham?”

“Baik pak, akan saya lakukan perintah itu.” tegas Nuhud dengan penuh keyakinan.

Keesokan harinya, Nuhud melakukan puasa sunnah seperti wejangan Pak Kamsud, dan saat buka puasa, ia hanya makan nasi putih dengan cabe rawit saja. Setelah makan, ia merasa kepedasan dan begitu haus sekali, namun karena ia ingin sekali untuk mimpi bertemu Rasulullah, ia pun menahan dahaga meskipun begitu meradang.

Beberapa jam setelah Isya’, rasa kantuk menyerangnya, ia pun tertidur pulas, di dalam mimpinya ia melihat ke atas langit biru yang kemudian perlahan tertutup oleh awan mendung, lalu hujan pun turun begitu deras, ia merasa senang sekali. Ia pun berlari-lari di bawah hujan merasakan sejuknya tetesan air yang menyegarkan. Hingga hujan itu pun reda, matahari pun bersinar cerah, ia pun terbangun dari mimpinya dan mendapatkan waktu sudah Subuh.

Di pagi harinya, Nuhud mendatangi Pak Kamsud dan mengisahkan tentang mimpi yang telah ia lihat semalam. Pak Kamsud kemudian memerintahkan Nuhud untuk duduk di sisinya sambil minum segelas air dingin yang segar. Pak Kamsud lalu bertanya kepada Nuhud, “Apakah sampeyan masih tetap ingin mimpi berjumpa Rasulullah?”

“Tentu saja pak, itu sudah tekad saya.” ujar Nuhud dengan mantap.

Lalu Pak Kamsud memberikan perintah yang sama dengan hari sebelumnya. Nuhud pun lantas bertanya, “Apakah ini akan berhasil, pak?”

“Yakinlah kepada Allah!” ujar Pak Kamsud singkat.

Esok harinya, Nuhud kembali melakukan puasa sunnah, dan saat buka puasa, ia hanya makan nasi dan cabe rawit saja. setelah makan, ia merasa begitu haus sekali, kali ini ia benar-benar tak bisa menahan hausnya, ia pun mengambil segelas air dingin, namun saat ia hendak meminumnya, ia seketika teringat akan tujuannya, dan sontak ia meletakkan kembali gelas yang sudah ada di tangannya. Dahaga yang meradang di dalam lehernya terasa benar-benar menyekat, nafasnya terengah-engah melawan rasa pedas dan haus yang luar biasa dahsyat.

Hingga beberapa jam setelah itu ia pun tertidur, di dalam tidurnya ia bermimpi tersesat di tengah padang pasir, cuaca terik gurun yang menyengat membuatnya kepanasan hebat, rasa haus pun mendera begitu dahsyat. Namun tak jauh dari situ ia melihat sebuah oase, ia pun menghampirinya, dan dengan segera ia menceburkan diri kedalam oase itu dan berenang, airnya terasa dingin dan alami, ia pun meminum airnya yang begitu segar. Namun air itu mendadak menyusut dan kian menyusut hingga kering. Seketika, Nuhud pun kaget dan terbangun dari tidurnya, ia pun mendapatkan adzan Subuh telah berkumandang.

Pagi itu Nuhud kembali menemui Pak Kamsud yang kebetulan berpapasan di jalan saat berangkat kerja. Setelah mengisahkan mimpinya, Nuhud kembali bertanya kepada Pak Kamsud, “Pak, saya sudah dua kali melakukan amalan yang bapak berikan, tapi tidak pernah sekali pun berhasil mimpi bertemu Nabi.”

Setelah membenarkan posisi pecinya, Pak Kamsud pun berujar, “Dik, meskipun sampeyan melakukan amalan itu puluhan kali, bahkan ratusan kali, sampeyan tetap saja takkan bermimpi ketemu Nabi. Sebaliknya, sampeyan akan mimpi ketemu air dan air lagi.”

“Kok bisa pak?” tanya Nuhud.

“Tentu saja bisa. Sebab sedari awal pikiran sampeyan dipenuhi dengan hasrat untuk minum air setelah seharian menahan dahaga. Kerinduan sampeyan untuk berjumpa Rasulullah sudah kalah dengan kerinduan untuk minum segelas air segar.”

Pak Kamsud kembali melanjutkan, “Dik, mimpi itu adalah alam yang memiliki ikatan kuat dengan alam nyata, segala pikiran di dunia nyata dan memori bawah sadar kita terkadang muncul sebagai bunga tidur. Puasa yang saya ajarkan kepada sampeyan itu bukanlah wasilah untuk menemui Nabi di dalam mimpi, itu hanya cara saya mengajari sampeyan bagaimana obsesi pikiran kita dapat mempengaruhi mimpi. Demikian juga sebaliknya, anak kecil yang ngompol misalkan, biasanya ia mimpi buang air kecil. Dan orang baligh yang mimpi basah, biasanya saat bangun tidur dia wajib mandi besar. Oleh karena itu, seandainya saja hidup kita, hari-hari kita, selalu dipenuhi dengan rindu kepada Nabi, lidah kita selalu bershalawat kepada Nabi, tubuh kita selalu ingin mengamalkan Sunnah Nabi, kala itu jantung kita akan berdegup kencang menghasilkan rindu tak kepalang ingin berjumpa Nabi. Persis seperti rindu kita kepada air saat kita haus dan kepedesan. Maka saat itu tak menutup kemungkinan jika Nabi akan mendatangi kita di dalam mimpi.”

Nuhud lalu bertanya, “Berarti tiada amalan khusus ya pak, untuk menemui Nabi di dalam mimpi?”

“Setahu bapak demikian. Lagian mimpi bertemu Nabi itu adalah “pemberian” bukan tuntutan. Adapun tuntutan Nabi itu adalah mengikuti apa yang telah beliau ajarkan, masalah nanti kita dapat mimpi bertemu Nabi atau tidak itu bukanlah tujuan, akan tetapi tujuan kita adalah mendapat Ridha dari Tuhan, dan tempat tujuan kita adalah sebuah Telaga di Surga kelak, di situ nanti kita akan bertemu Nabi dalam sebuah kehidupan abadi, bukan hanya sekedar mimpi.”

Melihat respon Nuhud yang terdiam sambil mengangguk itu Pak Kamsud paham, bahwa pemuda di hadapannya itu telah mengerti apa yang ia jelaskan. Pak Kamsud kemudian balik bertanya, “Oiya Dik, nama sampeyan siapa? Sudah beberapa hari ini kita bertemu kok kita belum kenalan?”

“Nama saya Nuhud pak.”

“Nuhud? Apa itu artinya?”

“Nama saya Nuh, dan nama bapak saya Hud. Orang-orang memanggil saya Nuh anaknya Pak Hud, kemudian sering disingkat Nuh-Hud atau Nuhud.”

“Wah, nama yang bagus. Jaman sekarang sudah jarang orang menamai anaknya dengan Nama Nabi mulia seperti itu. Yang ada malah dijadiin nama grup band. Bener-bener gak ada kerjaan.”

“Oiya pak, boleh saya bertanya sekali lagi?”

“Silahkan.”

“Bapak sudah pernah mimpi bertemu dengan Nabi atau belum?”

Mendengar pertanyaan itu Pak Kamsud hanya tersenyum. Sambil menepuk pundak Nuhud, Pak Kamsud kemudian pamit dan mengucapkan salam. Sedangkan Nuhud, dengan wajah masygul-nya hanya mematung. Ia masih tak paham mengenai misteri di balik senyuman Pak Kamsud itu.

Yusuf Al-Amien