Andaikan Negeri Ini Tahu Tentang Ramadhan

Anugerah yang Allah berikan kepada negeri ini selain potensi kekayaan alamnya yang luar biasa juga ditakdirkan mayoritas penduduknya adalah kaum muslimin.

Andaikan pemegang (amanah) otoritas negeri ini tahu apa yang Allah sediakan dalam Ramadhan, pastilah satu bulan ini menjadi pusat kegiatan penting dalam satu tahun anggarannya.

Andaikan pemegang (amanah) otoritas negeri ini tahu apa yang Allah sediakan dalam Ramadhan, pastilah kaum muslimin di negeri ini “dimobilisir” sehingga bisa fokus dalam pencapaian kualitas takwa yang paling maksimal. Dan jika itu terwujud, pastilah bangsa ini berdiri gagah, wibawa & diridhoi Tuhan-nya.

Tujuan Shoum (puasa) Ramadhan dan aktivitas di dalamnya adalah La’allakum Tattaqun (agar kalian semua bertakwa). Targetnya adalah takwa secara komunal, bukan hanya individual. Sehingga program Ramadhan sesungguhnya adalah program yang perlu direncanakan dan diarahkan. Ini bukan program individual. Sekalipun hukumnya adalah fardhu ‘ain, ia sama sebagaimana sholat, shoum Ramadhan (berikut amal penyertanya) memiliki nilai & hasil optimal yang hanya bisa didapat jika pelaksanaannya dengan berjama’ah, terorganisir dan terevaluasi.

Negara perlu berinvestasi besar dalam program luar biasa ini. Karena hasil-hasilnya akan membekas pada kehidupan bangsa.

Jika intervensi negara (setidaknya upaya fasilitasi) sudah tergambar sejak penentuan start Ramadhan hingga finish, maka menjadi kebutuhan negara agar pelaksanaannya menghasilkan target terukur, yaitu kepribadian bangsa. Ini ibadah jama’iyyah (Ibadah kebersamaan) yang tujuannya agar bisa mencapai kualitas takwa secara komunal, bersama-sama. La’allakum tattaquun. Dan jika betul-betul sukses capaiannya, maka sangat pantas dirayakan keberhasilan itu di penghujung hari berakhirnya program ini sebagai hari raya Fitri. Sukses kemenangan yang patut dirayakan dengan syukur atas pertolongan & kebesaran-Nya menjadikan bangsa ini berhasil membangun nilai-nilai kepribadian.

Pastilah Allah bangga dengan hamba-hamba-Nya yang serius menjalankan program besar tahunan-Nya itu. Pastilah Dia akan tunaikan janji-janji-Nya atas negeri yang berpredikat Takwa. Bahwa mereka akan diberi:

  1. Bumi dan langit yang penuh berkah. Nyaman dihuni (QS 7:96).
  2. Kemampuan membedakan mana yang benar & mana yang keliru, serta diberi kemampuan untuk menyepakati yang benar itu dan meninggalkan yang keliru. (QS 8:29). Keputusan bangsa ini selalu tepat & mendapatkan dukungan penuh.
  3. Solusi tepat dalam setiap multi krisis (sosial-politik-budaya, dsb) bahkan jaminan Ekonomi yang kokoh (QS 65:2-3).
  4. Selalu diberi kemudahan dalam menjalankan rencana-rencana besar (yang penuh rintangan dan kesulitan). QS 65:4.

Negara-negara besar di luar sana tidak menghendaki negeri ini mandiri & berwibawa. Mereka ingin (selamanya) melanjutkan “penguasaan” atas negeri ini. Melanjutkan kadigdayaan pendahulu-pendahulunya, yaitu para penjajah. Jika penguasaan tidak bisa lagi dengan pendudukan (penjajahan seperti dulu), maka mereka masih berusaha menjadi pengendali sektor-sektor penting tetap dalam genggaman remote mereka. Kendali Politik, Ekonomi (termasuk moneter & industri perdagangan), Hankam hingga kualitas Generasi Bangsa (pendidikan, sosial & budaya) remote-nya ada dalam genggaman mereka. Kita harus bisa merdeka dari itu semua. Solusinya, wujudkan pribadi bangsa yang bertakwa.

Tahun ini, Allah jadikan Ramadhan kita berpapasan dengan bulan Agustus. Dan Agustus adalah bulan Kemerdekaan Republik ini. Semoga makna ini merasuk dalam sumsum jiwa setiap anak bangsa. Semoga setiap pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa & negara ini mendapatkan sertifikat penghargaan takwa dari Allah berikut dengan reward yang telah dijanjikan-Nya itu.

Semoga pula ampunan-Nya berhasil kita dapatkan atas segala kelalaian kita selama ini. Dan semoga pula kita dianugerahi oleh-Nya generasi yang mampu membimbing & mengarahkan Republik ini untuk menjadi negeri yang penuh nikmat, yang mendapatkan ampunan dari Tuhannya. Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofuur. Aamiin yaa Robbal ‘alamin.

Oleh: Riyadh Rosyadi, Surabaya
Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur